30 : Trust Issues

737 119 22
                                    

'Alice ada di negeri dongeng.
Menyantap hidangan utama dengan sebagian kecil para penghuni yang teramat bahagia akan kedatangannya. Mereka berada di depan rumah jamur, menggelar acara makan di halaman dengan perabot berjalan. Iya, mereka menata dirinya sendiri.

"Alice, katakan padaku apakah masakan ku enak?" kata anjing berlipstik yang memakai celemek menciduk sesuatu lagi dalam kuali yang terlihat seperti rebusan lumpur dengan kumbang.

"Jangan buru-buru begitu, biarkan dia menikmati makanannya. Dia terjatuh berkali-kali di lubang cacing!" bela kelinci putih memeriksa jam saku dengan rantai terhubung pada jaket jas nya.

"Kalian mau sayur daun pepaya ku? ini ada getah pohon muda di dalamnya. Oh! dan sedikit liur ngengat. Enak sekali." usul Pak Ulat.'

"Ewwww." seorang gadis kecil bergidik. "Apa mereka tidak mempunyai sereal dan susu yah?"

"Hahaha, sayangnya tidak." balas sang ayah.

"Kasihan Alice." kata Amy kecil.

"Hmm? Karena sereal dan susu?" tanya ayahnya.

Bergeleng,"Dia sendirian di sana, di tempat yang aneh, jauh dari rumah, dengan makhluk-makhluk yang bisa berbicara, bagaimana dia pulang nanti?" ujarnya meringkuk membayangkan dirinya sendiri jika menjadi Alice.

"Akan selalu ada jalan untuk pulang Amy. Jika kau percaya pada keluargamu dan menyayangi mereka sepenuh hati." rangkul ayah dengan tangan besarnya, Amy merasa aman.

"Semoga Alice baik-baik saja."

"Dia akan baik-baik saja. Dia cerdas seperti dirimu. Biar ayah teruskan ceritanya ya." jawab sang ayah sambil tersenyum hangat sembari memeluk putrinya di tempat tidur, melindunginya dari tiupan angin malam tak diundang yang berhembus masuk lewat ventilasi.

---

"Terimakasih Jeno, kau bisa menunggu di depan." kata Yuta.

Meski enggan karena dia penasaran akan ada nya aku di penthouse pada akhirnya dia berputar pergi karena itu perintah sang pemimpin sembari melirik ke arah ku sekali lagi untuk meyakinkan dirinya sendiri.

Yuta mengangkat menepuk tangannya sekali dan Shotaro berlari kecil untuk mempersilahkan Jungwoo duduk di kursi nya. Setelah Yuta kembali duduk, secara ajaib beberapa orang membawa berbagai sajian makanan dalam troli-troli yang di dorong.

Mereka benar-benar punya segalanya, terlepas dari bagaimana keadaan Kota Tipuan yang pernah aku saksikan waktu itu. Yuta merencanakannya terlihat seperti itu. Dan hanya Kaum Pemberontak yang tahu hal-hal seperti itu, sehingga mereka bisa membedakan mana orang-orang yang bukan kelompoknya.

"Sebaiknya kita mengisi perut dulu sebelum berbicara panjang lebar, karena sepertinya seseorang disini masih belum paham apa yang akan terjadi." kata Yuta tiba-tiba terdengar sopan lalu menoleh padaku melanjutkan, "Amethyst, aku yakin kau akan membutuhkan banyak tenaga untuk memberontak nanti. Kenapa tidak kau isi dulu perut mu itu?"

Jungwoo menaikkan alisnya dan Yuta menimpali ekspresi si tamu dengan menganggukkan kepala, "Indeed she is. Fierce one. Trying to run away, put up a fight, act like she can handle everything."

Aku tidak mempedulikan perkataannya, aku memang lebih peduli akan perut ku yang keroncongan setengah mati terus-terusan mengutuk agar diisi makanan. Aku berharap tidak ada yang mendengarnya selagi aku menelusuri satu persatu aroma lezat dari piring-piring besar. Aku belum makan dari kemarin malam hanya karena takut akan apa yang ada di dalamnya. Tapi Yuta tidak menggunakan cara serendah itu, seperti memberi racun. Aku tahu, tapi tetap saja.

Ketika Yuta dan pemuda bernama Jungwoo itu akhirnya menyantap makanan mereka, aku mengikuti. Betul kata Yuta, aku butuh tenaga untuk melarikan diri nanti. Dan saat ini aku hanya harus bersikap sopan dan mendengarkan. Just like what he said.

Mr. Midas | NCT Jaehyun [BAHASA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang