1 : Locker no. 49

11.6K 936 36
                                    

Perpisahan dengan musim dingin sudah di mulai sejak tiga hari lalu.

Meski gigitan dinginnya belum jelas hilang, jejak kaki nya kini menyisakan kubangan-kubangan kecil air di sudut-sudut jalan yang biasa dilalui Amy.

Amy, gadis berambut panjang berumur 19 tahun itu bergegas menuju stasiun bawah tanah kota.

Langkahnya dengan fasih menghindari jejak si musim dingin, takut jika cipratan air dingin itu melukai betis yang hanya ditutupi stocking hitam tembus pandangnya. Alih-alih memakai celana jeans kerjanya, Amy mengganti dengan rok pendek di atas lutut.

Pekerjaan kemarin cukup membuat dirinya lelah, lengan-lengan kurusnya goyah ketika menopang beban tubuhnya sendiri sewaktu melompat keluar dari benteng keamanan salah satu client boss Amy. Biasanya gadis bermata hazel itu selalu menjaga kerapihan dalam pekerjaannya, dia juga bukan tipe orang yang ceroboh. Kegaduhan semalam adalah pekerjaan yang sangat menguras tenaga, celananya robek, alat komunikasinya terjatuh dan dia harus meloloskan diri dari orang-orang bertubuh besar berotak cetek memakai jas seragam. Amy harus putar balik sejauh dua jam perjalanan setelahnya untuk pulang kerumah.

Setelah langkah Amy tak lagi terancam, ia disambut dengan kegaduhan orang berlalu-lalang di jalanan terbuka. Spontan hawa hangat menerpa sisi-sisi pipi semu merah mudanya yang dibelai lambaian tangan si musim dingin seperti habis berseteru.

"Sial, " umpatnya. Tubuh-tubuh padat bersesakan bagai dicambuk kejamnya detik dan menit. Gadis itu tidak ada bedanya, dia tidak mau terlambat.

Amy menyelusupkan tubuh rampingnya diantara tubuh-tubuh lain yang berjalan masuk ke arah pintu masuk stasiun bawah tanah. Mantel hitamnya bercampur padu dengan orang-orang. Kelihatannya bukan hanya dia yang masih terasa dipermainkan oleh kekeras kepalaan si musim dingin di awal musim semi.

Amy menurunkan pandangannya dari kontak mata. Meminimalisir kemungkinan terjadinya sosial aktivitas yang menurutnya sangat tidak dibutuhkan. Untuk orang sepertinya, aktifitas sosial hanyalah sia-sia melelahkan yang tidak masuk akal.

Di depan pintu logam besar yang terbuka lebar ada mesin-mesin tiket berjajar rapi dengan plang kecil di depannya. Plang itu akan naik otomatis jika penggunanya menggesekan kartu komuter elektroniknya.

Bukan kesitu ia menuju.

Amy menyelipkan tubuhnya sekali lagi ke arah kiri sebelum pintu logam besar.

"Ah, maaf." Seseorang menegur Amy karna menyenggol bahu si gadis cukup keras. Amy tidak peduli, malahan gadis itu berjalan lebih cepat. Yang ia pedulikan hanya jam pada pergelangan tangannya.

Suara detiknya mengganggu telinga Amy di tengah kerumunan banyak orang. Jarum panjangnya menunjuk ke angka satu seperti memperolok Amy bahwa dia sudah terlambat lima menit.

Well, Amy benar-benar harus cepat atau dia kehilangan client nya. Kehilangan client juga berarti kehilangan bayaran nya. Tapi lebih dari itu, bukan cara yang bagus untuk membuat Mark kecewa.

Amy mempercepat langkahnya, setengah berlari, ketika ia masuk ke dalam sebuah lorong panjang. Keramiknya putih kotor, temboknya pun kusam. Sangat terlihat bangunan yang sudah tua ini mati-matian dirawat.

Jarang ada orang di lorong pengap ini, karna bau pembersih lantai dan antiseptik kamar mandi bercampur jadi satu sepanjang Amy melangkah.

Ember pel kosong diletakkan di sebelah tanda berbentuk segitiga berwarna kuning. Di belakangnya terdapat pintu toilet umum tertutup rapat yang diberi sign bertuliskan, 'dalam perbaikan'.

Sudah dua minggu semenjak si gadis datang ke tempat ini dan mereka masih kewalahan tentang toilet umumnya. Gadis itu menggelengkan kepala.

Samar-samar Amy melihat lemari kotak besar di ujung pertigaan. Warnanya putih, di tempatkan berjejer-jejer satu sama lain. Amy tersenyum puas, tangan kedinginannya dimasukkan ke sisi-sisi kantong mantel sembari lari-lari kecilnya beralih berjalan santai.

Mr. Midas | NCT Jaehyun [BAHASA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang