16 : Touch (1)

2.1K 272 17
                                    

Amy berdiri di depan pintu besar terbuat dari besi. Gadis itu terus-terusan melihat kebelakang, arah tadi ia berpisah dengan Mark dan Johnny. Lucas di sampingnya sedang bersusah payah menggeret lempeng persegi yang kelewat berkarat itu agar terbuka.

"Mark punya rencana dan dia tahu benar apa yang dia lakukan. Jadi kau tidak perlu mengkhawatirkannya." sergah Lucas di sela-sela kegiatannya. Rupanya pemuda itu bisa membaca gerak-gerik Amy.

"Tapi bagaimana kalau,-"

"Dia selalu punya cara untuk keluar dari segala situasi." Lucas sudah membuka seperempat lempeng besi itu. Menyusupkan tubuh besarnya pelan-pelan meskipun Amy tahu Lucas cukup kuat untuk membukanya lagi. Dia hanya takut jika lempengan besi ini bersuara jika ia mendorong terus.

"Aku tahu, kau sangat mengkhawatirkan Mark. Dia–sudah banyak berubah kan? Mark jadi lebih mudah terpancing emosi. Dia juga jarang tersenyum sekarang. Tapi semuanya berubah di depan mu." Lucas memperhatikan Amy ketika gadis itu mengikuti arahannya.

"Kau bisa memberitahuku?" ujar Amy setelah berhasil masuk ke dalam gedung besar kosong yang terang oleh cahaya bulan. Bulannya memang sedang indah-indahnya. Ada kaitan dan kepercayaan yang istimewa tentang bulan dengan golongan Pemberontak di zona B. Festival tadi ditujukan untuk Dewi Bulan.

"Beri tahu apa?" kerutan di dahi Lucas terlihat sedikit dipaksakan. Pemuda itu mengitari area sebentar dan mulai berjalan ke arah tertentu lalu Amy mengikuti.

"Apa yang terjadi dengannya?"

"Umm, maksudmu kenapa dia jadi gampang emosi?" kata Lucas.

"Iya itu dan hal-hal lain yang tidak aku pahami. Seperti kenapa Mark menjauhiku dan apa yang kalian sembunyikan dariku." ungkap gadis itu mencoba menyusul langkah Lucas. Baru dua langkah, pemuda di depannya berhenti di persimpangan lorong menyebabkan Amy menabrak punggung dengan satu sergapan kaget keluar dari bibir nya.

"Sshhh." Lucas menengok sambil mengacungkan jari telunjuk di depan bibir, mau tidak mau Amy diam mendengarkan satu-satunya suara yaitu gema angin di seluruh sudut kosong gedung ini serta persimpangan gelap di depan mereka. "Lewat sini." kata Lucas akhirnya berbelok ke kanan seolah sudah yakin kemana arahnya.

Mau ke kanan, ke kiri atau lurus sama saja menurut Amy. Tapi nampaknya Lucas lebih tahu tempat ini. Gedung tua ini. Aneh. Bukankah pemuda itu baru pertama kaki menginjakkan kaki di tempat ini?

"Kau pasti tau tentang apa yang ingin Mark katakan kepadaku."

Langkah Lucas melambat sehingga Amy bisa menyusul dirinya. "Aku tau kau penasaran sampai mau mati. Tapi itu bukan hak ku untuk membicarakannya dengan mu, Amy."

Amy membaca peluang yang diberikan Lucas setelah tadi sempat berniat tidak mau menjadikan itu topik utama pada saat ini. Mereka kan tidak lagi duduk-duduk santai di taman sambil menyeruput teh hangat.

"Menurutmu begitu? Bagaimana jika setelah ini Mark tidak mau bertemu lagi denganku? Jika diam-diam Mark menyuruhmu untuk membawa ku jauh dari tempatnya berada agar tidak mencampuri urusannya lagi. Aku kan tidak tahu."

"Tidak. Kali ini dia ingin membawamu. Kau tadi bilang tempatnya berada? Perlu kau tau, Mark sudah tidak bisa menggunakan kalimat itu. Tempatnya berada." jawab Lucas, ekspresinya hati-hati.

"Oke aku tidak paham."

"Mark, tidak mempunyai tempat tetap, tempat tinggal, seperti itulah."

Mark sudah tidak punya tempat tinggal? Apa kalimat itu bermakna harfiah? Bagaimana dengan rumah besar mereka semasa kecil di zona A?

"Bagaimana dengan rumah putih itu? Kau tau tidak? Yang ada di zona A."

"Panti asuhan?" nada bingung tertera pada ucapan Lucas.

Mr. Midas | NCT Jaehyun [BAHASA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang