Aku sebenarnya sudah mengantuk, tapi ketika Shotaro mengetuk pintu kamar dan secara ajaib menawarkan ide agar aku berjalan-jalan dengannya tentu aku segera mengiyakan walaupun sanksi. Tepat sebelum Shotaro menjelaskan Tuan nya lah yang menyuruhnya.
"Kau mau melihat itu?" Shotaro menunjuk keluar pada satu-satunya jendela di dalam kamar.
"Ah, The Fire?" Sebenarnya aku tidak begitu peduli tentang apapun yang akan mereka rayakan, tetapi aku memang sudah di titik sangat bosan berada di kamar dan ajakan itu terlalu menggiurkan mengingat bahwa aku seorang tawanan yang tidak bisa kemana-mana.
"Kau mungkin perlu ini untuk keluar sana, malam ini sangat berangin." tambahnya tanpa membuang-buang waktu, dia berputar ke arah lemari dan mengambil oversized sweater polos yang sudah bersemayam disitu sejak awal. Dia tersenyum sekenanya setelah aku memakai apa yang dia ambilkan.
Setelah Shotaro mengunci pintu kamar dia bertanya, "Kenapa Tuan Yuta memberitahu mu tentang The Fire?" ucapnya tajam sambil masih berjalan menuntunku keluar area ruangan festival.
"Mungkin lebih ke menjelaskan garis besarnya. Memang ada apa?"
"Dia bercerita sukarela?"
Aku tidak tahu kemana arah pembicaraan Shotaro tetapi dia terdengar aneh. Ya, aneh. Shotaro selalu bersikap ramah dan lembut selama ini, jika ada sesuatu yang menganggunya pasti dia lebih memilih acuh, diam dan tidak mau terlihat ikut campur.
"Memang kenapa? Aku hanya ingin tahu jadi aku bertanya padanya." belaku walaupun itu membuatku terdengar seperti sedang disudutkan.
"Tuan Yuta bisa memilih dan seringnya dia tidak menjawab jika ditanya, Amy. Mengingat kau yang bertanya, dan The Fire bukan tentang mu." Jika setelahnya dia tidak menengok sambil menilai pasti aku tidak melihat tatapan sinis itu, Shotaro nampak tidak setuju dengan apa yang sudah Pemimpin nya lakukan.
---
Beberapa mil jauhnya dari markas Kaum Pemberontak, dua orang pemuda sedang berjalan berdekatan di akhir tepian padang ilalang oranye yang tinggi-tinggi. Meskipun itu malam hari, tapi siapapun bisa melihat salah satunya berjalan pincang.
Seorang diantaranya berhenti berjalan dan mendehem pelan.
"Ini akhirnya?" kata si pincang ikut berhenti.
"Eum."
Si pincang melihat sekitar, celingukan sambil menahan bobot tubuh yang separuhnya disangga kayu yang ia selipkan pada ketiak untuk membantu berjalan dikarenakan salah satu kakinya yang masih belum sembuh betul walaupun pemuda satunya sudah membantu mengeluarkan peluru yang bersarang di area betis kanan.
Si pincang bertanya lagi, "Jadi bagaimana kau tahu sudah ada berapa orang yang melewati perbatasan ini?"
Pemuda satunya berjalan sigap tanpa suara yang sudah dari kemarin membuat iri si pincang karena ia harus mengejar dengan terseok-seok, dia menuju ke tumpukan batu kerikil pada salah satu ujung semak belukar. Mengais tanah di bawahnya dan mendapatkan secarik gulungan kertas bertuliskan tanggal empat hari yang lalu angka 'nol' tertulis di baris di bawahnya.
Empat hari lalu adalah hari dimana dirinya masuk ke kawasan ini. Bersama dua orang rekannya, dan entahlah dimana kedua temannya kini berada. Dia terbebani akan berat perasaannya meski terus berharap mereka tidak tertangkap.
Si pincang melihat apa yang ditunjukkan pemuda satunya. "Nol? Apa itu berarti tidak ada yang keluar dari perbatasan sejak empat hari kemarin?"
Lawan bicaranya mengangguk.
"Itu pertanda buruk, aku harus kembali."
Pemuda itu menangkap lengan teman seperjalanannya yang kelihatan kelelahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Midas | NCT Jaehyun [BAHASA]
Fiksi Penggemar[ HIGHEST RANK] #1 PROMOTEYOURSTORYINA ;Oct 2018 #1 DYSTOPIAN ;Oct 2018 #2 NCTFANFIC ;July 2018 #3 CRIMINAL ;May 2018 #31 JUNGJAEHYUN ;May 2018 Midas (bahasa Yunani: Μίδας) adalah salah seorang raja dalam mitologi Yunani. Dia adalah figur yang terke...