31 : Perjanjian Dengan Sang Pemimpin Pemberontak

586 102 17
                                    

Yuta menggebrak meja yang seharusnya membuatku kaget, tapi pikiran ku sedang kalut-kalutnya. Tidak mudah bagi ku untuk tiba-tiba memposisikan diri sebagai seorang anak dari lelaki yang menciptakan semua awal permasalahan yang melibatkan kekacauan pada sebagian benua disini dan aku si bodoh yang baru-baru ini mengetahuinya.

Aku tidak tahu dari mana mulainya karena tembok Ibu Kota berdiri terlalu kokoh melindungi orang-orang di dalamnya sehingga berita-berita dari luar kawasan seperti "Manusia yang hilang akal" tidak terlalu menyita perhatian rakyat berada. Kebanyakan orang mengira itu hanya akal-akalan Para Pemberontak saja untuk menjatuhkan Ibu Kota. Desas-desus tikus kotor yang mencari perhatian.

Dan sejak Mark membawaku pindah ke Ibu Kota di gedung-gedung tinggi selagi aku hidup di salah satu apartemen sederhana yang di sewakan perempuan tua, membuatku selalu sibuk pada setiap tugas yang Mark berikan.

Pada saat malam aku keluar mencuri barang-barang penting dari klien yang tidak menepati janji. Aku belum pernah tertangkap, maka mereka yang punya orang dalam di pihak kepolisian mulai mencariku belakangan ini. Laporannya di buat-buat seperti uang atau warisan keluarga yang hilang, kenyataannya kebanyakan dari barang itu berbentuk botol kecil/vial di simpan dalam brankas atau disembunyikan dibalik lukisan.

Seperti biasa aku menaruhnya di loker-loker stasiun yang Mark instruksi kan, itu satu-satunya akses bebas lalu lalang orang banyak sehingga aku tidak mudah dicurigai. Aku tidak pernah bertanya kepadanya lebih jauh tentang vial-vial kecil itu karena aku mempercayai Mark seperti layaknya keluarga sendiri. Aku pikir, ayah dan ibu pasti memaklumi apa yang aku lakukan di dunia kejam ini untuk bertahan hidup. Setidaknya, aku tidak benar-benar membunuh orang.

Tapi sekarang aku tidak tahu lagi harus mempercayai siapa, aku semakin enggan untuk mengingat lebih jauh akan kenangan masa lalu karena takut akan kenyataan di baliknya, lagipula aku tidak pernah tahu apa kenangan-kenangan itu bahkan nyata? Atau bisakah seseorang tidak merusak kenangan-kenangan indah berharga itu? Karena itu lah satu-satunya bukti seseorang menyayangiku, setidaknya ada dua orang yang pernah menyayangiku tanpa pamrih.

Mungkinkah karena fakta itu Mark berusaha menutupinya dariku? Dia khawatir aku tidak bisa menerima berita tersebut. Tapi... aku tidak pernah menceritakan apapun tentang ayahku padanya. Aku tidak pernah menceritakan tentang keluargaku dan dia bersikap seperti tidak tahu apa-apa padahal dia tahu itu.

Menyedihkan rasanya setelah orang-orang mengatakannya kini, tapi memang harus ku akui Mark sudah membodohiku.

"Sudah ku bilang kan bersikap sopan dan mendengarkan! Aku sudah cukup bersabar menantikan serum nya sejak lama!" Yuta berteriak, padaku. Tapi aku terlalu sibuk melihat kedua tangan ku yang menggenggam sejumput kain lace di pangkuan.

"Dengar ya orang luar! Apa kau tidak tahu seberapa berharganya serum itu? Aku berusaha menyembuhkan mereka yang masih beruntung belum meregang nyawa karena cairan yang ayahmu buat!" kata-katanya semakin menggema ketika Yuta akhirnya berdiri cepat sampai-sampai kursi makannya terdorong ke kebelakang.

"Aku tidak tahu! Dan kau tidak memberitahuku dia akan membawaku kan! Aku tidak mau kesana! Tidak bersama Pemerintah!" belaku sama kesalnya.

"Kau sama seperti ayahmu, egois." nadanya dingin, tidak berperasaan. Lagipula itu Yuta, aku tidak mengharapkan seseorang seperti dia untuk cukup berperasaan bahkan ketika belum bertemu dengannya.

"Dan kau mengatakannya seperti tahu semuanya?" belaku berapi-api.

"Tidak sebodoh kau, aku tahu apa yang ayahmu kerjakan, seperti apa dia! Ilmuwan egois yang mengorbankan semuanya untuk menyelamatkan diri sendiri!" kata-katanya mengandung kesedihan dan kebencian. Yuta kali ini tidak segan-segan mencoba bersabar untuk tidak memelototiku sembari menuding puas.

Mr. Midas | NCT Jaehyun [BAHASA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang