35 : The Fire

349 81 22
                                    

Pernahkah kalian mempertanyakan Tuhan mengapa DIA menciptakan manusia?

Apakah semata-mata hanya untuk menguji seberapa kuat mereka berdiri ketika gelap dan terang?

Untuk mengisi waktu luang hanya karena kita ciptaan-NYA? dan mengamati kita berjuang dari entah dimana DIA berada. Bukankah itu terdengar seperti permainan taruhan nyawa adu ayam yang kejam? Sebuah retorik yang entah siapa yang akan menjawab.

Manusia memegang kendali atas apa yang mereka miliki. Disini, dibelahan bumi bagian aku berpijak sekarang, aku menjadi bagian dari sebuah permainan yang kami ciptakan di panggung yang sudah DIA buat. Yang entah bagaimana kami kira jika peradaban manusia seharusnya menjadi lebih istimewa dan berkuasa. Kami percaya harapan serta legasi yang kuat adalah masa depan dunia. Tanpa menyadari panggung itu sendiri sudah muak akan semua drama nya.

Dan bagaikan percikan kembang api, kami berpendar, melompat, menembak ke segala arah. Mengisi sihir cahaya pada tepian palung berkabut di udara sebelum akhirnya menyusut, menutup perjalanan sinarnya dengan menghilang terhisap kesebuah frekuensi yang maha cepat hingga tak tersisa.

Sesingkat itu, dan mungkin saja perjalananku sudah hampir selesai pada saat aku membuka mata untuk bertemu Yuta yang datang mengunjungiku pada sore harinya setelah menyaksikan pandangan aneh dari Jaehyun sementara dia berkata sesi nya sampai disini dulu.

Dia kira aku bisa dibohongi? Lagi?

Pemuda itu mengenakan baju putih, sebetulnya tunik panjang jika aku perhatikan lagi. Dia memadu padankan rambut terang serta setelannya menjadi ke-eleganan yang kuat, tidak seperti biasanya. Yuta terlihat lengkap, seorang Pemimpin dan pencuri perhatian.

"Aku kira kau sedang sibuk?" gumamku pada punggung Yuta.

Dia berputar padaku, "Memang, mempersiapkan upacara The Fire besok malam."

"Lalu ada apa kau repot-repot kesini?"

Dia menyakukan kedua tangan ke dalam tuniknya, "Untuk membahas tentang sesi tadi pagi. Aku sudah mendengar semuanya dari Jaehyun, kita seharusnya membicarakan ini setelah sesi itu-"

"Oh, aku kira aku dibiarkan menjadi orang bodoh yang disalahkan lagi disini. Seperti bagaimana aku bisa membantu dan berguna ya kan?" ungkap ku sinis setelah memotong Yuta.

Bayangkan saja, Jaehyun pergi setelah menyudahi lalu berkata 'Aku merasa pusing' pada Shotaro dan Shotaro berkata padaku itu efek samping kekuatan sentuhan Midas-nya. Tidak ada yang menjelaskan padaku lebih jauh tentang apa yang aku lihat ketika Jaehyun menggali memori-memori itu. Aku bahkan tidak tahu yang nyata karena beberapa dari gambaran itu terasa asing. Gamblangnya, Jaehyun hanya memberiku potongan puzzle dan Shotaro disana untuk mendukung apapun yang Jaehyun lakukan yaitu membuatku penasaran.

"Dia memang secara fisik sedang terluka jadi aku tidak memberatkannya hari ini. Lagi pula aku juga sedang sibuk. Perjanjiannya adalah aku datang setiap kali kau melakukan sesi, maka dari itu aku memantau melalui HT tadi." jelasnya sembari berdiri tanpa bergeming di depanku.

Seakan-akan itu sebuah intimidasi non-verbal, aku menyilangkan tangan di depan dada. "Tapi teman favorit-mu terlihat sehat-sehat saja. Dan masa bodoh perjanjian kalian itu, aku hanya ingin tahu ingatanku yang hilang dan apa yang Mark tutupi dariku."

Yuta mendengus geli, "Aku pikir kau mencemaskanya kemarin? Seluruh gerak-gerikmu pun terlihat jelas bahwa kau sangat tertarik pada Jaehyun. Maksduku, dalam artian suka."

Aku tersenyum pahit kepadanya, "Terimakasih sudah mengingatkan kebodohan luar biasaku itu. Kau tidak perlu lagi setelah ini. Aku membencinya."

Mr. Midas | NCT Jaehyun [BAHASA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang