"Seperti yang kau inginkan, dua buah pistol kedap suara dan lima puluh amunisi aktif untuk masing-masingnya." ujar seseorang.
Jaehyun duduk di salah satu sofa krem berhadapan dengan alat tembak terpampang di atas meja setelah pemuda berambut coklat yang kelihatan sekali di cat oranye membuka benda-benda itu dari gulungan kain yang sempat ia keluarkan dari tas gendongnya.
Jaehyun beranjak sedikit untuk memeriksa setiap benda itu. Tidak perlu lama-lama, dengan sigap dia membungkus lagi menggunakan kain yang tadi, merasa puas akan pesanannya. Jauh di dalam lubuk hati, Jaehyun lebih merasa was-was ketimbang apa yang ia sedang tampakkan. Memikirkan kemungkinan terburuk akan langkah yang dia pilih dan di sisi lain sadar kemungkinan buruk itu prosentasenya sangat besar.
"Misi apa yang Yuta kali ini perintahkan padamu?" pemuda itu berkata, senyumnya ramah, siapapun bisa melihat dia orang yang menawan dengan senyumannya. Sepertinya dia sendiri juga tahu akan itu.
"Mengamankan perbatasan." Jaehyun menjawab sambil mengepak senjata-senjata itu. "Boleh ku ambil tas mu?"
"Tentu." kata si pemuda sambil menyerahkan tas nya, lalu melanjutkan. "Ngomong-ngomong tentang perbatasan, tadi sore aku melihat dua orang ibu kota yang akan kabur keperbatasan. Aku hampir saja tertipu tapi begitu melihat pacarnya yang bersikap kaku sekali aku jadi sadar. Malahan aku hampir tertawa." ia terkekeh.
"Sudah berapa kali tahun ini? Pasti kau tidak melaporkannya pada Taeil." Jaehyun mengucapkan dengan tenang.
Pemuda itu merenung sebentar tentang alasan yang selalu hadir padanya, "Tidak. Kau tahu kan aku tidak sampai hati melakukan itu!"
"Orang-orang cenderung nekat jika sudah terkait dengan itu." Jaehyun menutup risleting tas setelah memasukkan senjata-senjata itu dengan rapi.
"Itu?"
"Perasaan keterkaitan.." Jaehyun berhenti sebentar, tidak yakin mengapa ia mau membahasnya tadi, "..keterikatan." Ketika ia mengangkat wajah dan melihat pemuda di depannya memiringkan kepala hanya untuk memahami maksud perkataannya, Jaehyun berdiri dan mengganti topik. "Terimakasih untuk ini, kau bisa pulang Jaemin."
Si rambut oranye berkedip.
"Baiklah. Oh, dan-" pemuda bernama Jaemin itu berdiri juga lalu melihat sekelibatan pada arah di belakang Jaehyun untuk meyakinkan tidak ada siapapun disitu. "-hanya untuk memastikan lagi. Keberadaanmu disini tidak mengubah pendapatmu tentang Yeri sebagai seorang wanita kan?"
Jaehyun menyipitkan matanya, membuat seakan-akan pertanyaan Jaemin kelihatan hanya gurauan bagi si pemilik rambut keemasan itu. "Itu hal yang sia-sia, bagi orang sepertiku."
"Aku paham. Baiklah kalau begitu." kata Jaemin mengangguk-angguk senang, dia tahu Jaehyun berkata yang sesungguhnya.
Jaehyun bukanlah tipe yang mudah tersinggung tentang sesuatu walaupun sesungguhnya Jaemin sendiri merasa tidak enak menanyakan hal seperti ini secara langsung. Pada sudut pandang terdalamnya, Jaemin mengakui mengapa Yeri sangat menyukai Jaehyun, karena Jaehyun memang pantas sekali menerimanya. Sosok yang Jaemin sendiri kagumi, jauh dari fakta bahwa Jaehyun tampan, dia percaya diri, tenang, berpikiran jernih untuk kebanyakan masalah yang di hadapi dan misterius. Sayangnya, Jaehyun tidak pernah merasa dia membutuhkan suatu—seperti hubungan spesial dengan seorang gadis. Jaemin memang pernah melihat Jaehyun pergi dengan beberapa gadis, tapi itu juga kelihatan tidak serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Midas | NCT Jaehyun [BAHASA]
Fanfic[ HIGHEST RANK] #1 PROMOTEYOURSTORYINA ;Oct 2018 #1 DYSTOPIAN ;Oct 2018 #2 NCTFANFIC ;July 2018 #3 CRIMINAL ;May 2018 #31 JUNGJAEHYUN ;May 2018 Midas (bahasa Yunani: Μίδας) adalah salah seorang raja dalam mitologi Yunani. Dia adalah figur yang terke...