5 : Para Pemberontak

2.9K 455 24
                                    

Amy berdiri di depan rumahnya yang dulu, tepatnya rumah yang ada jauh di dalam memori masa kecil yang telah dilalap api. Rumah bertingkat dua tersebut kini tampak baru di depan matanya dan bau cat basah masih tercium sampai kesebarang jalan. Ia maju melangkahkan kaki-kaki kecilnya yang menggunakan sepatu fantofel hitam berhiaskan manik-manik yang membiaskan warna pelangi, masuk ke beranda. Ada pintu besar dua tangan yang mempunyai hiasan kaca setinggi pintu tersebut. Ia melihat refleksi dirinya di depan kaca, anak kecil berumur 5 tahun dengan gaun berwarna biru tanpa lengan berambut coklat gelap sebahu lalu ada pita buatan ayahnya tampak cantik di atas kepala.

Kecuali raut mukanya yang kini tampak kaget.

Tiba-tiba pintu itu terbuka lebar, entah siapa yang membukanya. Tampak didalamnya ayah dan ibunya duduk diruang keluarga, tertawa. TV nya menyala di depan mereka, bunyi TV nya keras sekali.

Lalu terdengar bunyi lengkingan tinggi di atas kepala gadis kecil itu, volume TV nya tidak jadi masalah sekarang. Sesaat, ia ingin menutup kedua telinga nya tapi tangannya terseret, Amy tersentak kebelakang. tangannya terasa hampir putus ketika ia ditarik oleh sebuah tangan kecil lain. Gadis kecil itu sempat melihat ke atas ke arah bunyi lengkingan tadi dan melihat bintang kejora bergerak cepat berwarna cerah kemerahan. Ketika ia menoleh ke arah pintu rumahnya, kedua orang tua nya sudah berdiri disitu, memandanginya. Mereka hanya berdiri diam, raut mukanya tampak penuh makna, sulit diartikan.

Ayah, ibu.

Gadis kecil itu meronta-ronta memukul tangan di depannya yang tadi tiba-tiba mengajaknya berlari. Tidak, dirinya tidak mau lari. Dia ingin bersama orang tuanya.

Lepaskan tanganku.

Tunggu, sejak kapan aku berlari?

Ia melihat kebawah, kakinya bergerak cepat. Lalu saat itu juga jalanan dibawahnya menjadi hitam sewaktu matanya mengamati. Gadis kecil itu mendongak, disekelilingnya, hujan abu jatuh dimana-mana. Ia bergidik ngeri. Gadis itu tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi karna ia tidak melihat ada satu orang pun, kecuali anak kecil di depannya.

Dari atas ada sinar menyilaukan, mungkin matahari, ia mengangkat wajahnya ke arah dimana matahari seharusnya bertengger hanya untuk menyipitkan mata. Tapi sinar itu menghilang, selanjutnya dimana-mana gelap.

Dia tidak lagi berlari, lebih tepatnya, dirinya seperti mengambang di ruang hampa. Kepalanya terasa pusing. Ada bunyi-bunyi TV lagi disitu, tapi telinga Amy seperti ditutup dan dibuka terus-terusan oleh tangan tak terlihat. Dia seperti berada di dalam air, partikel-partikelnya menahan getaran suara. Lalu dia melihat tubuh anak kecil itu, anak kecil yang menariknya berlari, tapi perlahan anak itu lenyap di telan cahaya dari belakang. Silaunya tak tertahankan.

"Cahaya," kata Amy.

Hal terakhir yang bisa ia ingat yaitu dua bola mata berwarna keemasan yang memperhatikannya dari jauh.

"-emhm." suara Amy parau.

Pria di depannya sedang berdiri di dekat jendela lebar dengan ponsel dilekatkan ke telinganya, sementara tangan lain berada di dalam saku celana. Dia sedang mengamati Amy sambil berbicara pada seseorang di ponselnya.

"Dia sudah sadar."

Amy sedang memandangi wajah pemuda itu.

Dia memang sangat menawan.

Jaehyun.

Amy menyukai warna mata Jaehyun, setiap kali memandangnya seperti ada secercah harapan yang akan mendatangi hidup gadis itu. Sinar matahari, bunga-bunga daisy, langit senja emas keunguan. Jaehyun seperti musim panas di sore hari baginya. Tidak ada musim yang nyata lagi disini, langitnya hanya bercorak abu-abu, terkadang merah. Jadi tenggelam di mata nya seperti mengingatkannya kembali akan musim tertentu.

Mr. Midas | NCT Jaehyun [BAHASA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang