33

6.5K 356 12
                                    

🍁🍁

"Chandra, kenapa kamu bawa Berkian kesini?"

"Memangnya kenapa? Aku dan Berkian sepakat untuk kembali bersama"

"Apa? Kamu pasti bohong" Soraya mendekat pada Chandra dan meraih tangan pria itu. "Katakan kamu hanya berbohong, jangan seperti ini" pinta Soraya dengan raut takut dan sedih.

"Aku tidak berbohong. Lagi pula aku memiliki alasan untuk kembali bersamanya. Aku mau memiliki anak sedangkan kamu sudah tidak bisa hamil lagi" ucap Chandra sontak membuat Soraya mundur dan menangis.

"Kamu bilang tidak apa-apa waktu itu, kita bisa mengadopsi anak" sahut Soraya terisak.

"Kalau aku bisa memiliki anak kenapa harus merawat anak orang lain"

Soraya menatap tajam pada Chandra, hatinya sakit luar biasa dengan keadaan dan ucapan suaminya itu. Dia seperti dibohongi dan dibodohi oleh Chandra.

"Kamu jahat, Chandra. Apa kamu lupa? Kamu yang membuat kita kehilangan dia. Obat kemo yang kamu beri padaku membuatku kehilangan Zoya, Chandra"

"Seharusnya kamu berterima kasih karna dengan itu kamu bisa selamat sekarang" ucap Chandra lalu meraih tangan Berkian. "Kamu pindah ke kamar atas. Aku dan Berkian akan menempati kamar utama"

"Aku tidak mau" teriak Soraya lalu berlari menghalangi langkah Chandra dan Berkian yang akan kekamar. "Aku tidak mau pindah kamar lagi"

"Jangan membuatku kesal Soraya"

Soraya meraih tangan Chandra dan menggenggamnya erat. "Aku mohon jangan seperti ini, Chandra. Jangan seperti ini padaku"

"Lepaskan tanganku"

"Tidak, Chandra ... Tidak, Jangan"

"Soraya, hai buka mata kamu"

"Jangan ...."

"Soraya kamu baik-baik saja, ayo buka mata kamu" ucap Chandra sambil menepuk pelan pipi Soraya. "Sayang..."

Soraya membuka kedua matanya dengan nafas yang masih berantakan.

Chandra tersenyum tipis, pria itu mengusap kening istrinya lalu mengecupnya sesaat. Rasanya lega karna istrinya sudah sadar.

"Kamu bermimpi, tenang yah"

"Chandra" ucap Soraya lirih.

"Iya, ada yang terasa sakit?"

Soraya terdiam sesaat, wanita itu mengerjapkan matanya sebelum akhirnya mengangkat sebelah tangannya untuk memegang bagian perut.

"Dia baik-baik saja" ucap Chandra seolah tau apa yang sedang dikhawatirkan Soraya.

"Waktu itu perutku sakit dan ada darah yang keluar"

"Itu bukan karna bayi kita tapi karna sel kanker yang ada dirahim kamu. Semuanya baik-baik saja sekarang. Kamu tidak merasakan sakit lagikan?"

Soraya mengangguk lemah. "Tapi kepalaku sakit dan perutku sedikit mual"

"Sakitnya masih bisa ditahan?"

"Iya"

"Insyaa Allah tidak apa-apa. Mungkin kamu masih syok" Chandra mengusap pipi Soraya lalu kembali mencium kening istrinya itu. "Kamu harus banyak istirahat. Sakit dan keadaan hamil kamu sekarang membuat kamu cepat kelelahan" lanjut Chandra.

Soraya menatap tajam kedua mata Chandra lalu memalingkan wajahnya dengan kesal.

"Kenapa?" tanya Chandra sambil mengusap pipi Soraya.

Love Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang