Beauty Psycho 45 : Bunuh Diri atau Menyelamatkan diri?

1.3K 254 6
                                    

MEI 2013

Seorang lelaki berusia 29 tahun tahun sedang berjalan berbicara dengan sesama rekan bisnisnya. Disampingnya, ada istrinya yang bernama Erika menemaninya.

"Tentu saja, mengingat kebutuhan lebih besar daripada produk yang dihasilkan." Mereka semua tertawa anggun sambil memegangi gelas minum masing-masing.

"Ah, bagaimana dengan sepupunya saat itu. Bukankah ia dipenjara?" timpal seorang laki-laki.

"Iya, dia dan keluarganya bangkrut," sahut lelaki lainnya.

"Tidakkah kalian berpikir ia dijebak?" tanya laki-laki itu. Mendengar itu, Edison hanya tersenyum miring sambil meminum minumannya. Hm, membunuh dua lalat dalam sekali tepukan, apa lagi yang menyenangkan coba?

"Bagus sekali, Mr. Alexander. Pesta anniversary yang ke-12 ini sungguh mewah," puji seorang wanita sambil mengajak berbicara Erika.

Erika yang mendengarnya tersenyum. "Ah, tidak seperti itu, kok. Hanya saja ini keinginan khusus suami saya, Mrs. Pradipta," jawabnya rendah hati, tetapi dihatinya ia mengiyakan ujaran wanita itu.

Wanita itu lalu mengangguk kecil dengan senyum yang masih terpantri. "Tidak perlu se-formal itu. Anda bisa memanggil saya 'Nita' jikalau hendak."

Mendengar itu, Erika mengangguk kecil. "Baiklah, panggil saya Erika saja kalau begitu." Erika berkata sambil memutar gelas winenya dengan perlahan.

Atensi Erika kemudian terarah kepada dua orang anak laki-laki disebelah nyonya bernama Nita itu. "Lihat betapa menggemaskannya dua orang anak ini," pujinya sambil mencubit pelan pipi salah satu anak laki-laki itu.

"Anak Anda, 'kan?" Erika melirik sekilas sebelum mengendong salah satu anak tadi.

Nita mengangguk. "Benar, yang Anda gendong itu adalah anak saya, Dion namanya," jawabnya mengiyakan.

Nita lalu merapatkan tubuh seorang anak satunya kepadanya. "Dan yang ini keponakan saya, Sean."

Erika menatap anak yang sedang meminum susu kotak itu dengan cermat. Lalu ia menurunkan Dion dari gendongannya. "Dimana orangtua anak itu?" tanyanya sedikit penasaran.

Nita mengusap rambut Sean. "Ah, orangtua mereka sedang berada di rumah."

Erika sontak saja mengernyitkan dahinya. Apa tidak seluruh keluarga Pradipta yang diundang? Atau ... tidak datang? Jika iya, itu sama saja penghinaan untuk keluarga Alexander.

Melihat raut wajah Erika yang berubah, Nita langsung terkekeh canggung. "Kakak ipar sibuk bekerja. Dia CEO perusahaan keluarga kami."

"Benarkah? Saya kira CEO perusahaan keluarga kalian adalah Mr. Dino." Erika ber-oh ria setelahnya. Padahal, ia tahu kalau Dino bukanlah penerus perusahaan itu. Ya ia cukup tahu karena ia cukup dekat dengan keluarga Pradipta tanpa disadari.

Nita menggeleng. "Tidak, tetapi suami saya bekerja di perusahaan keluarga kami juga."

Erika mengangguk mengerti, tetapi masih ada sesuatu yang mengganjalnya. "Tapi mengapa CEO-nya malah tidak datang? Bukankah kami mengundang semua rekan bisnis dan untuk meluaskan relasi?"

Nita sedikit gelagapan. "Saya dan suami saya datang kemari menggunakan undangan ayah saya, Erika. Sepertinya, keluarga ayah mertua saya tidak diundang."

"Ah, benarkah?" Erika kembali mengernyitkan dahi kebingungan. Sedangkan Nita mengangguk sebagai respon.

"Baiklah, kalau begitu saya pergi menemui suami saya dulu. Nikmati pestanya," pamit Elisha saat menyadari kalau Edison sudah tidak ada disampingnya.

Beauty Psycho (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang