"Nona, Anda benar-benar ingin bolos hari ini?" Don bertanya dengan dahi mengerut. Dalam beberapa waktu kedepan, Elisha akan menghadapi ujian. Absen disaat seperti ini bisa saja membuat Elisha ketinggian pelajaran penting.
Elisha hanya mengangguk dengan wajah datar. Gadis itu lalu merapikan berkas-berkas yang ia baca semalaman. Banyak pula coretan analisis yang hanya bisa Don lirik dengan wajah penasaran.
"Anda tidak paham, 'kan?" tanya Elisha, menangkap rasa kebingungan Don.
Don hanya terdiam, bingung menjawab apa.
"Seperti kata Erick, dari awal kalian sudah salah paham. Karena itu, Anda tidak paham dengan yang terjadi, bukan?" tanya Elisha kembali tepat sasaran.
"Ketahuilah satu hal, Don." Elisha menghela nafas lalu bangkit dari duduknya. Gadis itu menepuk-nepuk bahu kokoh lelaki itu, kebiasaan lamanya tidak pernah hilang, "hidup kita semua, bergantung pada rencana ini."
Perkataan Elisha yang membuat Don membeku sekaligus merasa penasaran akan maknanya. Don tidak menemukan tujuan yang lain selain fakta bahwa Elisha menginginkan kekuasaan.
Menurutnya, Elisha hanyalah gadis gila harta yang saat ini sedang berperang dengan ayahnya sendiri. Tapi pada dasarnya, tidak segampang itu.
Mau bagaimanapun, sekeras apapun Elisha berusaha, orang hanya akan salah paham. Karena ... Elisha sudah ditakdirkan sebagai penjahat dalam cerita mereka masing-masing.
Elisha mengulum senyum sinis melihat respon Don yang tidak sesuai harapannya. Memang ya, walaupun Don ada sebagai temannya, fakta bahwa lelaki itu masih memiliki sebersit dendam masih ada.
"Itu tidak masalah. Orang yang tidak tahu apa-apa cenderung menjadi orang yang berbahaya dan melakukan hal konyol karena kesalahpahaman," kata Elisha tak bisa menahan kegetirannya.
Gadis itu lalu melengos pergi meninggalkan Don yang merasa tertohok akan ketidaktahuannya dan apa yang telah ia perbuat.
Don bergumam lirih, "Walaupun kembali seperti dulu, suasananya tidak akan pernah sama. Pada akhirnya, gue hanyalah seorang lelaki yang diberi kesempatan kedua ..., lalu kembali dicampakkan."
Diambang pintu, Elisha hanya diam sambil mengepalkan tangan. Ia harap semuanya cepat usai hingga tidak ada lagi segala kesalahpahaman yang terjadi.
"Elle!"
Entah suara setan mana lagi yang mengganggu Elisha, pastinya gadis itu menoleh dengan malas lalu melirik Erick yang berada dilantai bawah.
Elisha menunduk lalu berjalan menuruni tangga. Gadis itu lagi-lagi tidak kaget saat melihat Erick yang sudah ada di dapur dengan berbagai hidangan makanan lezat.
"Ini meja makan atau dapur tempat kondangan?" tanya Elisha sinis. Gadis itu lalu menarik bangku dan duduk dihadapan Erick yang masih mengunyah makanannya.
"Ya meja makan lah! Buta lo?" balas Erick sengit.
Elisha berdecih. "Kalau bulan depan anggaran dapur naik lagi, duit jajan lo gue potong!" ancam Elisha tidak main-main.
Erick memutar bola matanya malas. "Potong-potong aja. Asalkan rumah penuh makanan, gue nggak akan keluar dari surga ini," jawab Erick tanpa keraguan.
Iya sih. Cowok rumahan kayak Erick emang susah diajak jalan. Makanya jomlo sampai sekarang, hehe.
"Btw, gue mau ke luar," kata Elisha disela-sela makannya. Erick mendongak lalu keningnya berkerut.
"Gue tebak semester ini nilai lo turun drastis, kebanyakan bolos!" hardik Erick.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty Psycho (END)
Fiksi Remaja[Mengusung tema mental health pada tokohnya. Ada plot twist dan teka-teki yang membuat Anda mikir.] CERITA INI BELUM DIREVISI! Ketika dua orang dengan masa lalu yang sama dan bersangkutan berusaha keluar dari lubang kegelapan yang penuh dengan teria...