Chapter ini dibaca santai aja, ya. Takutnya sesuatu yang saya coba sampaikan malah nggak terlihat, hihihi.
***
Elisha benar-benar tidak diizinkan tidur oleh semesta. Satu jam sisa istirahatnya bukannya ia pergunakan untuk istirahat, malahan otak kecil sialan ini terus saja berpikir.
Ya bagaimana tidak? Penyusup mendatangi rumahnya! Ya walaupun itu bukanlah hal yang baru, tetapi tetap saja. Elisha benci jika ia harus kalah!
Mengingat bahwa ia kecolongan itu sanggup membuat ego Elisha tersentil. Benar-benar menyebalkan!
Hm, jam istirahat baru saja berbunyi. Elisha yang pada dasarnya jarang ke kantin kecuali lapar hanya duduk tenang sambil memainkan ponsel.
Gadis itu menjadi teringat percakapan dirinya dengan Sean kemarin. Percakapan yang berakhir dengan perselisihan kecil. Hm, sungguh membuat Elisha sadar kalau Sean benar-benar tidak mengetahui apa-apa tentangnya.
Elisha lalu menatap teman-teman sekelompok-nya yang juga tidak ke kantin. Netta, ia sedang membaca kisi-kisi bab terbaru, Ana sedang memakan beberapa kue basah yang dibawa dari rumah.
Nia sedang menonton beberapa video dance K-Pop sambil ikut menggerakkan tubuhnya. Yazen, pemuda yang biasanya hanya tiduran itu tampak membaca buku.
Sean ... pemuda itu tengah menatapnya dengan datar.
Elisha sontak terkejut, ia bahkan tidak bisa mengontrol ekspresi wajahnya. Gadis itu langsung cegukan mendadak. Tertangkap basah memandangi seseorang rasanya seperti ini, ya? Memalukan!
Elisha lalu mengalihkan pandangannya, ia lalu berpura-pura memainkan ponselnya dengan cepat. Tapi tunggu! Mengapa ia jadi salah tingkah seperti ini?
Hei? Mengapa jadi seperti ini weh?
Cegukan Elisha masih saja tidak berhenti membuat gadis itu mengusap pelan dadanya. Ia kembali melirik Sean.
Anjir! Anjir! Sean masih menatapnya.
Pengen Elisha colok tuh mata!
Cegukan Elisha semakin saja parah. Elisha menangkup pipinya yang memanas.
Demi apa seorang Elisha blushing? Ada apa dengannya? Plis, ini nggak ada manis-manisnya hingga Elisha harus menjadi seperti anak perawan yang sedang kasmaran.
Elisha berdehem, "Kipas, Na! Kipas!"
Ana tersedak saat tangan lembut itu memukul tangannya dengan cepat. Kaget, dirinya menatap horor Elisha yang pipinya memerah seperti kepiting rebus.
Gadis itu langsung mengambil kipas kecil portabel lalu memberikannya kepada Elisha yang tampak grusak-grusuk sendiri.
"Pipi kamu kenapa, Sha?"
"Ana." Elisha menoleh dengan senyum terpaksa. Berharap agar gadis disampingnya ini tidak banyak tanya.
Setelah itu, seorang guru laki-laki datang dengan gagahnya membuat beberapa siswi langsung menebalkan bedak dan lipstik.
Guru lelaki itu langsung duduk sambil memegang sebuah jurnal. Guru bernama Reno itu menatap siswa-siswi yang sudah mulai tenang.
"Hari ini laki-laki bebas mau ngapain, nah, yang perempuan hari ini ambil nilai renang sama lari."
Para siswa laki-laki bersorak tidak dengan sebagian siswi perempuan yang malah mendengus seperti Elisha. Malas banget sama modus bapak satu ini.
Ana menyenggol bahu Elisha dengan pelan lalu berkata, "Rasanya udah tiga kali kita lari, deh. Kok ... ambil nilai lari, lagi?" tanyanya dengan raut bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty Psycho (END)
Teen Fiction[Mengusung tema mental health pada tokohnya. Ada plot twist dan teka-teki yang membuat Anda mikir.] CERITA INI BELUM DIREVISI! Ketika dua orang dengan masa lalu yang sama dan bersangkutan berusaha keluar dari lubang kegelapan yang penuh dengan teria...