"Elly, apa yang membuat mu murka?" Seorang pria yang sangat tampan datang membawa segelas wine ditangannya. Ia menatap anaknya yang mencengkram erat rantai besi ditangannya dengan heran.
Penampilan pria yang bernama Edison itu tampak kacau. Kemeja putihnya terlihat kotor dengan warna darah yang mulai mengering.
Gadis yang memiliki nama Elisha itu menoleh dengan mata tajamnya, gigi kecilnya bergemelatuk, "Si bodoh itu membuat mangsa ku lepas!" pungkasnya.
Elisha tipe gadis yang tidak bisa menahan tempramennya. Lihatlah betapa berantakannya kamar gadis itu, membuktikan kalau ia sangat kesal untuk saat ini.
Pria itu tersenyum miring, "Biarlah, ayah bisa membersihkan hama itu. Kau duduk diam saja," ucapnya santai.
"Duduk diam?" Elisha mendengus, menatap ayahnya itu dengan kesal, "mainan ku hilang, ayah!" ungkapnya semakin kesal.
Lahir dari keluarga monster membuat gadis itu terbiasa melihat penyiksaan sejak kecil. Ia bahkan sudah sering melihat ayahnya memukuli mamanya sendiri.
Melihat mangsanya lepas sebelum ia sempat bermain-main itu membuat ego gadis itu terluka. Ia sangat kesal. Sangat-sangat kesal!
"Terus, dimana Elle saat ini?" tanya pria itu sambil menyesap winenya.
Gadis itu menoleh, lalu menghela nafas, "Aku sedang menghukum dia, Ayah."
"Bukankah itu terlalu berlebihan?" Edison sama sekali tidak menunjukan kekhawatiran untuk putri kecilnya itu. Ia hanya ingin lebih menyulut emosi putri dihadapannya ini.
"Anak wanita jalang itu sungguh membuatku muak," ungkap Elisha frustasi. Terlihat jelas wajahnya masih mengeras.
"Kata-katamu terlalu dewasa untuk umurmu, anakku." Pria itu tersenyum miring, berpikir kalau ia membesarkan anak dengan baik.
Disisi lain, seorang wanita tampak tersenyum kesenangan saat mendengar jeritan-jeritan kesakitan dari seorang anak.
"Mama! Jangan seperti ini, kumohon!" pinta Elena memelas saat Erika mengencangkan pukulan rotan itu pada tubuhnya.
Elena kecil terus menangis. Rontaan demi rontaan tidak membuatnya berhasil menghindari hukuman ini. Jeritan kesakitan gadis itu tidak membuat Erika iba.
Malahan, ia semakin terpacu untuk menambahkan tenaganya untuk memukuli tubuh anak yang malang itu.
"Kau benar, sampai kapan pun kau tidak akan mampu menjadi Elisha, Elena. Atau ... kau sudah tidak ingin bermain tukar peran lagi?" Erika menyeringai.
Jemari-jemari Elisha yang sedang memegang sendok bergetar. Pertanyaan Erika sontak membuat ia harus mengepalkan tangannya agar kerapuhannya saat ini tidak diketahui dua orang itu.
Melihat reaksi itu, Erika semakin gencar membuat gadis itu tertekan, "Bagaimana rasanya bertukar peran seperti itu, Elena?"
Elisha menatap wanita itu murka, nafasnya mulai tidak teratur seiring bergeraknya jarum jam. Suasana ini sangat mencekam dan dingin.
Elisha mengangkat tangan kirinya lalu sedikit mengibaskannya, menginterupsi agar anjing-anjingnya pergi meninggalkan mereka.
Edison hanya tersenyum, masih menikmati makanannya sambil menikmati pertunjukan yang diciptakan istri dan anaknya sendiri.
"Tanyakan itu kepada dirimu sendiri," jawab Elisha sarkas, menatap tajam mamanya itu.
Erika terkekeh geli, guyonan putri dari Alexander ini sangat mengocok perutnya. Wanita itu menyeka ujung matanya yang berair. "Hey, kau membunuh kakakmu dan kau harus bertanggung jawab."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty Psycho (END)
Ficção Adolescente[Mengusung tema mental health pada tokohnya. Ada plot twist dan teka-teki yang membuat Anda mikir.] CERITA INI BELUM DIREVISI! Ketika dua orang dengan masa lalu yang sama dan bersangkutan berusaha keluar dari lubang kegelapan yang penuh dengan teria...