Beauty Psycho 91 : Dibalik Segala Rencana

1.1K 247 15
                                    

"Ada baiknya kalau kita pergi dari sini, Sean." Elisha melirik sekeliling, bisa gawat jika ada yang memergoki mereka sedang bersama untuk saat ini.

"Ayo ketemuan di tempat biasa," ucap Sean pelan, masih menatap ke depan lalu ia berjalan menjauhi Elisha tanpa menunggu jawaban lagi.

Elisha hanya tersenyum lalu melangkahkan kakinya menuju parkiran. Di sana Erick dan Don sudah menunggu dengan harap-harap cemas. Elisha lalu berkata, "Santai, ini udah seperti dugaan dan semuanya berjalan dengan baik," kata Elisha membuat Erick menghela nafas.

"Gue pengen banget ikut masuk, tapi gue yang nggak ada hak apalagi wewenang gini bisa apa?" jawabnya seraya mencebikkan bibir lucu.

"Sekarang mau seperti apa, Nona?" celetuk Don dari jok depan disamping supir yang tengah menyetir.

"Sekarang lo harus manggil gue dengan sebutan yang sama dengan Erick tanpa unsur keformalan sedikit pun!" perintah Elisha membuat Don membeku.

Ia langsung membalikkan badannya dengan mata yang terbelalak. "Itu ... itu sangat tidak sopan, Nona!"

Erick yang mendengarnya mendengus kesal. "Apa tadi kata lo? Lo bahkan nggak ada sopan-sopannya sama gue!"

Don hanya melirik Erick sekilas sebelum kembali menatap Elisha yang ikut mendengus. "Kalau lo tetap gitu, gue kek memperkerjakan kakak sebagai budak tau nggak!" sinis Elisha kesal.

Don terkekeh kecil sebelum mengangguk. "Baik, Elle."

"Dih! Alay! Nggak cocok kalau Don yang manggil!" Erick bergidik ngeri melihat Don yang bisa-bisa merebut perhatian adik kesayangannya itu.

Dengan santai, Elisha mengerdikan bahu. "Iri bilang, njing!"

Erick memutar bola matanya lalu menatap jendela seakan tengah merajuk membuat Elisha terkekeh geli. Gadis itu lalu membiarkan mobil ini berjalan ke tujuan semestinya.

"Apa yang kamu rencanakan?" tanya Don sedikit terbata karena berusaha menghilangkan kalimat formalnya.

Elisha melirik kecil sambil terus saja tersenyum. Ia mengerdikan bahu acuh. "Gue rasa, gue belum merencanakan apa-apa," jawabnya.

Kening Don menyatu karena keheranan. Tak mungkin rasanya gadis itu tidak memikirkan apapun disaat segala hal sudah memburuk seperti ini.

Memilih untuk tetap diam saja, Don hanya bisa mendesah pasrah. Sedangkan Elisha tampaknya masih menyunggingkan senyum tanpa makna.

Beberapa menit kemudian, Erick dibuat kebingungan karena tiba-tiba mobil ini mengarah ke jalan yang berbeda untuk pulang. Lelaki itu menoleh, menatap Elisha meminta penjelasan.

"Kita mau ke mana?"

Elisha menggeleng. "Bukan kita, tetapi gue. Kalian tetap di mobil sementara gue ke luar, ok?" Dengan nada seperti itu, harusnya bisa dibilang sebagai permintaan bukan perintah.

Hampir 15 menit berlalu dan mobil itu berhenti di depan kediaman yang tak asing bagi Erick. Lelaki itu pernah melihat rumah ini dari foto-foto yang ada di meja kerja Don dan Elisha.

"Hm, kediaman Pradipta?" tebaknya langsung diangguki oleh Elisha.

"Ngapain ke sini?" Erick sekali lagi bertanya dengan kebingungan.

"Membuat kesepakatan," jawab Elisha lalu turun dari mobil.

Gadis itu melihat rumah megah kediaman Pradipta yang terbengkalai dengan mata sayunya. Gadis itu menoleh lalu tersenyum manis kala melihat sebuah motor yang tak asing baginya terparkir rapi.

"Tetap di sini, gue bakal kembali dalam 15-20 menit!" kata Elisha sambil menjorokkan kepalanya ke jendela mobil yang terbuka.

Gadis itu lalu kembali berbalik badan dan berjalan memasuki kediaman Pradipta yang sunyi dan senyap. Untung saja lampu-lampu menyala untuk mengurangi kesan mistis dari rumah kosong tersebut.

Beauty Psycho (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang