Beauty Psycho 47 : Peringatan

1.2K 228 2
                                    

"Rasanya tidak nyaman, bukan?"

Elisha mengernyitkan dahi saat mendengar kalimat itu keluar dari bibir Sean. "Apa maksud lo?" tanyanya.

"Lo pastinya merasa nggak nyaman karena terlibat dengan masalah gue," jawab Sean menjelaskan. Sebagau seorang pemuda, Sean merasa malu untuk meminta bantuan seperti ini.

Elisha tertegun, faktanya ia memang harus terlibat. Dan dirinya juga sudah terlibat sejak awal. Memang benar, bukan? Skenario Tuhan pasti akan mereka lakoni juga pada akhirnya.

Elisha tidak bisa mengelak.

Situasi telah berubah tidak terkendali.

Selama ini masih bisa dijalankan secara perlahan, Elisha akan merasa baik-baik saja.

Elisha memainkannya lidahnya didalam mulut. "Lo tahu, Sean? Gue tipe orang yang selalu menempatkan diri dalam bahaya." Untungnya Elisha masih bisa tenang dalam hal ini.

Benar, bukan? Padahal Elisha bisa saja tutup telinga begitu saja. Apa untungnya bagi Elisha untuk membantu Sean? Yang ada, keluarganya bisa hancur.

Penjara bisa menjadi opsi terbaik dari semuanya pilihan yang ada.

Sean menganggukkan kepalanya saja. "Tapi gue tahu betul, lo pasti menginginkan sesuatu, bukan? Gue pasti harus mempertaruhkan sesuatu untuk mendapatkan uluran tangan lo."

Sean sadar diri dong, Elisha itu tipe gadis cuek dengan sekitarnya. Tatapannya sering kali malas, aneh saja mengingat Elisha malah mendatanginya seperti ini.

Sean tidaklah bodoh, ia tahu kalau Elisha pasti memiliki alasan lain dengan membantu Sean. Apakah ... Elisha memiliki dendam pribadi dengan keluarga itu?

Mengingat Elisha dan Elena berteman, itu mungkin saja terjadi. Sean hanya belum bisa memastikan apakah dugaannya ini benar atau tidak.

Terlepas dari pro dan kontra yang ada, dukungan Elisha sangat menguntungkan untuk Sean. Kekuatan Elisha mampu membuat semuanya lebih terjamin.

Disisi lain, Elisha tampak bukan dari keluarga biasa-biasa saja. Walaupun latar keluarga gadis itu tidak ia ketahui, Sean tahu bahwa ada kekuasaan besar yang berada di belakang Elisha.

Melihat Elisha yang berani melakukan apa yang ia sukai tanpa ambil pusing tentang orang lain itu cukup membuktikan. Bahwa Elisha memiliki fraksi yang besar.

Tidak ada alasan untuk tidak mempercayai gadis ini.

Selain mendapatkan keuntungan, Sean juga merasakan kenyamanan jika bersama dengan gadis ini. Entah mengapa dan sejak kapan, ia mulai terbiasa dengan Elisha.

"Ah, gue baru ingat, habis ini lo mau nggak ke apartemen gue?" Sean mengerjabkan matanya bingung, kaget saja melihat Elisha yang terang-terangan mengundangnya ke apartemen.

"Pertanyaan lo uarusnya lebih difilter, kalau orang lain, bisa salah paham kali," kata Sean mengingatkan. Sean jadi tidak bisa membayangkan jika Elisha mengatakan ini kepada orang lain.

Menurutnya, apa yang akan terjadi coba? Salah paham.

Elisha yang mengerti maksud dari Sean terkekeh. "Gue cuma mau ngajak lo nemuin Ana. Mamanya hari ini udah boleh pulang dari RS."

"Oke, nanti pas pulang dari sini kita bisa bareng kesana." Sean mengangguk menyetujui.

"Btw, Ana nggak kerja?"

Elisha menggeleng. "Nggak lah, dia jagain mamanya di RS lalu pulang ke rumah. Nggak ada waktu buat nyari uang."

Sean hanya mengangguk kecil, itu pasti sulit untuk Ana.

Beauty Psycho (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang