Beauty Psycho 79 : Sang Tuan Rumah

1K 235 24
                                    

Hari ini, tepat 15 hari sejak pemakaman Nathan. Dan selama itu pula, Elisha memikirkan banyak hal apalagi semenjak pertemuan terakhirnya dengan Edison.

Pertemuan yang entah menguntungkan atau malah merugikan Elisha. Elisha sudah terlalu banyak berpikir hingga kepalanya kembali sakit dibuatnya.

Elisha merasa selama beberapa hari ini, hubungan dirinya dengan Sean semakin dekat. Bahkan, pemuda itu tidak begitu terlihat canggung lagi.

Lucunya, sekarang Elisha yang agresif telah berubah menjadi pasif jika berhadapan dengan pemuda itu. Elisha yang merasakan canggung jika terus begini.

Hari ini, Sean mengundang Elisha untuk datang ke rumahnya. Pemuda itu katanya ingin menelpon Syina Pradipta. Elisha sendiri tidak ingin melewatkan momen itu.

Ia juga ingin melacak ponsel itu.

"Halo, Tante!" Elisha menyapa dengan canggung. Nita tersenyum canggung, merasa tidak nyaman dengan kehadiran Elisha.

Elisha mencoba memaklumi itu. Elisha tahu betul kalau Nita dan Dino pasti mengetahui bahwa ia anggota keluarga Alexander. Tak salah jika respon Nita seperti itu.

Elisha hampir saja berdecak karena Nita diam mematung seperti itu. Respon wanita itu lambat membuatnya jengah.

Nah, untuk situasi seperti ini, jawabannya hanya satu, yaitu menggunakan koneksi.

"Mrs Pradipta, saya tidak akan tinggal diam kalau Anda keberatan dengan kehadiran saya." Suara Elisha terdengar dingin, ia secara terang-terangan mengancam wanita dihadapannya.

"Tidak heran bahwa anak keluarga Alexander tidak memiliki sopan santun." Suara dari belakang Elisha membuat gadis itu mengernyitkan dahi.

Elisha membalikkan badan dan melihat seorang lelaki yang berdiri dengan wajah datar. Elisha mengernyitkan dahi dengan wajah yang kaget.

Jadi, ini yang namanya Dino? Paman Sean?

Wajah Elisha memucat, gadis itu balas menatap Dino dengan datar. Ia sangat tidak menyukai lelaki itu. Apalagi, ia Paman Sean yang sangat memungkinkan untuk menyingkirkan Sean dari hidup Elisha.

"Seperti yang diharapkan dari Anda, saya sangat terkesan akan pertemuan pertama ini. Tak heran," jawab Elisha mencibir.

Elisha kembali membalikkan badan dan berjalan menuju tangga. Biar saja sang tuan rumah tidak menginginkannya, asalkan Sean tidak begitu.

Langkah Elisha disertai dengan tangan yang gemetaran. Bibirnya memucat akan apa yang terjadi sebelumnya. Dino mengetahui bahwa ia dari Alexander. Dan Elisha mengetahui Dino.

Dino terlihat familiar dan itu tidak bagus untuk otak Elisha yang suka berspekulasi aneh.

Tatapan mata Elisha kemudian menyorot seorang pemuda yang berdiri dengan setoples kue kering gosong ditangannya.

"Bocah?" lirih Elisha mengernyitkan dahi membuat Dion berdecak kesal.

"Gue bukan bocah, ya, Kak!" bantahnya kesal.

Mendengar panggilan 'kak' itu membuat Elisha terkekeh dalam hati. Padahal mereka seumuran dan tidak ada yang mengetahui itu selain orang terdekatnya.

"Nyari Sean?" tanya Dion, mengunyah kue kering itu tanpa minat.

"Nyari mantan anjing kecil gue, dong," balas Elisha tersenyum. Putusnya Elisha dengan semua pacarnya membuat gadis itu tidak memiliki mainan.

Mumpung ada mantan. Buat baper ajalah!

Dion tersedak hingga matanya memerah berair. Tidak menyangka bahwa gadis dihadapannya anak mengatakan hal seperti itu.

"Elisha!" panggil seseorang dengan dingin membuat kedua orang itu menoleh ke sumber suara.

Beauty Psycho (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang