Sean mengambil ponselnya yang tergeletak di lantai lalu membuka kamera dan mengambil gambar foto anak dari pasangan Edison dan Erika itu.
Pemuda itu menghela nafas, ada rasa curiga yang semakin membesar dibenaknya. Sulit untuk dipercaya, tetapi entah mengapa Sean merasa kalau ini kebetulan semata.
Nama itu bisa kebetulan, bukan?
Berapa kalipun Sean menyangkal, nyatanya hatinya tetap tidak tenang. Pemuda itu hanya harus bisa memantapkan diri dengan apa yang terjadi.
Berdiri perlahan, ia keluar dari ruangan gelap ini dan kembali melewati lorong-lorong yang gelap. Ia terus berjalan hingga cahaya lampu mulai terlihat.
Ini tampaknya gudang penyimpanan. Sean menatap sekeliling, mencoba memastikan apakah ada sesuatu yang menarik perhatiannya.
"Dimana lelaki itu?" tanya Sean kepada dirinya sendiri, heran saja tidak menemukan Don. Ia kira, Don akan menunggunya di sini.
"Lihatlah bagaimana bodohnya Elisha menyelusupkan pemuda itu."
Suara lembut seorang wanita membuat jantung Sean rasanya berdetak lebih cepat. Pemuda itu membalikkan badan dan menatap kaget dua orang berbeda gender.
Erika terkekeh. "Sudah kuduga, hubungan kalian tidak sesederhana itu," kata Erika sinis.
Tubuh Sean membeku, ia tiba-tiba merasa bahwa tubuhnya mati rasa. Bibirnya terasa kelu dengan mata yang masih terbelalak kaget.
Edison melirik istrinya dengan malas. "Apa dia anak selingkuhan mu itu?" tanyanya sinis.
Erika mendelik tajam. "Jangan berani-berani mengungkit itu lagi, Edison, dia sudah mati."
Sean merasakan hatinya memanas saat mendengar percakapan kedua orang itu. Ja mengepalkan tangannya dengan rahang yang mengeras.
"Apa yang kalian katakan?!" sentaknya tidak main-main.
Erika dan Edison sontak menatap Sean dengan wajah datar. "Apa yang kami harapkan dari anak tidak tahu tata krama seperti mu?" Erika menyeringai, "ah, aku lupa, kau kan tidak mempunyai orangtua untuk mengajari-"
"Tutup mulutmu!" Sean mengepalkan tangan. Menahan gejolak liar yang merasuki jiwanya. Ada perasaan dendam yang terkubur itu rasanya kembali berkobar.
"Kalian ... kalian telah membunuh keluarga ku, dan aku tidak akan pernah memaafkan keluarga ini!" seru Sean menunjuk wajah mereka satu persatu.
Semua rasa bencinya sudah lama terpupuk hingga hati Sean mulai menghitam. Apalagi saat dihadapkan dengan dua orang dari keluarga Alexander, rasanya Sean ingin menghabisi keduanya.
Edison memiringkan kepalanya, menatap jenaka wajah Sean yang memerah penuh dendam. "Ah? Keluarga Pradipta? Martin si tukang selingkuh itu?"
"Sialan!" desis Sean marah. Apa tadi? Selingkuh! Hei, ayahnya tidak pernah menyelingkuhi mamanya tahu! Tidak ada yang seperti itu! Keluarganya sangatlah harmonis.
"Omong kosong." Sean berdecih.
Sean mundur beberapa langkah membuat Erika terkekeh geli. Sedangkan Sean sendiri, tangannya bergerak mengambil sebuah kursi kayu yang tak jauh darinya.
BRAK
Sean melempar kursi itu kearah Edison dan Erika yang masih terkekeh. Keduanya terkejut akan lemparan itu. Erika terjatuh karena kakinya dihantam sesuatu yang keras.
Edison sendiri hanya menatap datar istrinya. "Lemah kau Erika!" cibirnya tak percaya dengan apa yang ia lihat.
Sean tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Pemuda itu lalu mengambil barang-barang berat didekatnya lalu melemparkannya kearah Erika dan Edison.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty Psycho (END)
Ficção Adolescente[Mengusung tema mental health pada tokohnya. Ada plot twist dan teka-teki yang membuat Anda mikir.] CERITA INI BELUM DIREVISI! Ketika dua orang dengan masa lalu yang sama dan bersangkutan berusaha keluar dari lubang kegelapan yang penuh dengan teria...