33; saturday night

133 22 0
                                    

yohan menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. mencoba menetralkan debaran jantungnya yang berpacu lebih cepat dari biasanya.

hari ini yohan mau malam mingguan bareng yena dan kata pacarnya itu ayahnya ada di rumah. itu artinya yohan harus minta izin dengan ayah yena dan mungkin harus bisa mengambil hati ayahnya.

yohan gugup tentu saja. berbicara dengan teman seumurannya saja masih sering bingung mencari topik apalagi dengan orang yang lebih tua.

setelah dirasa siap. yohan memencet bel rumah yena. sedikit merapikan pakaiannya dan tak berapa lama pagar rumah yena terbuka.

terlihat satpam rumah yena yang membuka pagarnya. "silahkan masuk, den. kata non yena tadi langsung masuk aja ke dalam."

yohan mengangguk. melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah yena sekaligus mengucapkan salam.

"eh, calon mantu." ujar bomi saat melihat yohan berdiri di depan pintu rumahnya. "ayo masuk."

yohan melangkah masuk dengan canggung. walaupun sudah pernah bertemu bomi dan mendapatkan respon yang baik dari bunda yena tapi tetap saja rasa gugup itu masih ada.

"yohan mau minum apa?" tanya bomi saat yohan sudah duduk di sofa ruang tamunya.

"apa aja, tante."

"air keran berarti mau juga?"

yohan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "enggak tan. yang bisa di minum aja."

"iya-iyaa. jangan tegang gitu ah han, kayak mau ngelamar yena aja." ujar bomi tertawa.

"i-iya, tante." ujar yohan kaku.

"yaudah, tante ke dapur dulu ya." setelahnya bomi pergi ke dapur untuk menyiapkan minuman dan beberapa cemilan. yohan bisa bernapas lega.

belum ada berapa menit, tiba-tiba sesosok pria dewasa dengan postur tubuh yang bisa di kategorikan sangat bugar untuk orang yang sudah berumur membuat yohan mengalihkan pandangannya dari ponsel.

"kamu pacar yena?" tanya pria itu sembari duduk di sofa terpisah di depan yohan.

yohan mengangguk. "saya yohan, om."

siwon-ayah yena, memandang yohan dari atas sampe bawah, lalu tersenyum. "udah berapa lama pacaran sama putri saya?"

"udah sebulan, om."

"kamu bisa main catur?"

yohan menatap heran lalu segera mengubah ekspresi wajahnya. "bisa, om."

siwon pun mengeluarkan papan catur yang ada di bawah meja dekat mereka lalu memulai permainannya. sebenernya alasan dia mengajak yohan main karena ingin melihat ketangkasan dari pacar anaknya itu. ternyata dirinya malah terkejut, siwon itu sangat jago dalam catur tapi dia merasa seperti akan kalah dari yohan.

"kamu pasti sangat pintar. kamu mau ngalahin saya," ujar siwon yang masih fokus pada papan caturnya.

"saya cuma sering main sama abang aja, om."

siwon tersenyum. "habis lulus mau lanjut kemana?"

sesaat yohan menghentikan permainannya, ia ragu untuk menjawab. banyak hal yang ingin dia sampaikan tapi dirasa lebih baik menjelaskan garis besarnya saja.

"udah ada beberapa tawaran beasiswa dari beberapa universitas, om. saya juga masih memilih mana yang mau saya mantapin buat masa depan." ujar yohan.

tak berapa lama yena turun dari lantai dua. melihat bomi yang menaruh minuman dan beberapa cemilan di sisi meja tempat yohan dan ayahnya sedang bermain catur.

SAPPYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang