"YOHAN NGAPAIN PINTUNYA LO TUTUP!!!!!!"
yena manatap yohan kesal. cowok di depannya itu malah tersenyum dengan wajah tak berdosanya. ruangan yang sempit dan hanya di isi peralatan olahraga ditambah dengan yohan yang mengikuti sampai menaruh bola di tempatnya semula membuat yena tak henti-hentinya mencibir.
"lo ngapain ngikutin gue sih?" tanya yena yang menatap yohan.
"mau ngikutin pacar. emang gak boleh?" tanya yohan dengan tangan yang dimasukkan ke dalam kantong celana trainingnya.
"ya... gue gak mau diikutin!" ujar yena berjalan melalui yohan. belum sempat melangkah menjauh, cowok itu menahan tangannya. mau tidak mau yena berhenti berjalan dan menoleh.
"mau kemana?" tanya yohan masih menggenggam pergelangan tangan yena.
"kemana aja lo juga gak peduli kan?" yena tersenyum sinis.
"maaf."
"buat apa? kan belum lebaran."
"minta maaf buat yang kemaren."
"kemaren ada apa emang? gak inget gue."
"yen, aku serius."
"gue lebih serius, duarius malah."
yohan menghembuskan nafas kasar, "kemaren aku ada tutor buat anak olimpiade. maaf karena gak jemput kamu, aku bener-bener lagi sibuk buat ngurusin semua yang papa suruh."
"emang papa kamu nyuruh apa?" tanya yena. niatnya yang ingin marah hilang tiba-tiba.
"tutor buat anak olimpiade salah satunya. aku gak tau harus nolak papa gimana, kata dia ini salah satu cara aku ngelatih bicara dan ngejelasin sesuatu di depan orang banyak."
"sampe segitunya?" tanya yena yang dibalas anggukan oleh yohan.
tangan yohan yang masih menggenggam tangan yena pun menarik gadis itu untuk lebih dekat padanya. tangannya terulur untuk mengelus puncak kepala yena penuh sayang.
"sebentar lagi ujian akhir. kayaknya aku bakal makin sibuk."
yena menatap tepat pada manik mata yohan, "gue juga gak bakal ganggu lo kok."
"ngomongnya aku-kamu coba." ujar yohan menurunkan tangannya yang mengelus puncak kepala yena jadi menggenggam kedua tangan gadis itu.
"iya, kalo inget pake aku-kamu."
"bakal aku ingetin terus."
"lagian gue--" yena mengehentikan ucapannya saat yohan menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.
"maksudnya aku tuh lagi marah sama kamu," yena mengganti ucapannya.
"emang aku belum dimaafin?" tanya yohan.
"belum lah!"
"jadi aku harus gimana biar dimaafin?
"hm... baikan sama hangyul."
"kalo hangyul gak mau?"
"gak mungkin hangyul gak mau. aku tau banget gimana hangyul."
yohan mengangguk, "yaudah nanti aku baikan sama hangyul."
"ada lagi syaratnya."
"apa?" tanya yohan.
"setelah aku pikir-pikir. kayaknya aku mau go public aja deh."
"kok tiba-tiba?"
"gak tau pengen aja."
yohan tersenyum pada yena yang masih dia genggam kedua tangannya. detik selanjutnya, yohan menarik tangan gadis itu keluar ruangan lalu berjalan menuju kelas sambil bergandengan tangan.
yena awalnya bingung sekaligus malu ditatap banyak orang. banyak dari mereka yang membicarakannya dengan suara keras tanpa peduli yena mendengarnya atau tidak.
"gimana? gak seburuk dugaan kamu kan?" tanya yohan saat mereka sudah dekat dengan kelas.
yena mengangguk sambil tersenyum senang. "gak seperti yang dibayangin ternyata."
sesampainya di kelas dua sejoli itu mendapat respon heboh dari teman-temannya. ada yang bergoyang tidak jelas seperti yang di lakukan woojin dan jihoon, bersiul saat yohan dan yena memasuki kelas dengan bergandengan tangan, dan menjadi bahan rumpi anak-anak cewek kelas itu.
"CIE UDAH GAK DI TUTUP-TUTUPIN LAGI SEKARANG." hendery berteriak senang.
"gandengan udah kayak mau nyebrang." timpal woojin tak mau kalah.
"akhirnya yena move on dari gue." ujar lucas tersenyum bangga.
"lah ngapain move on. punya rasa sama lo aja si yena gak pernah," ujar woojin sembari tertawa.
"diem kenapa sih lo tarzan!" ujar lucas pada woojin.
"gila yena sama yohan jadian, gue rasa si yena yang nembak duluan." ujar perempuan itu memperhatikan yena dan yohan.
"gak mungkin lah! si yena itu gengsian, gue yakin seratus persen kalo yohan yang suka dan nembak duluan." balas murid satunya lagi.
yena mendengar itu jadi emosi. menatap tajam semua yang membicarakannya lalu memilih mengabaikannya saja.
diliriknya yohan yang hanya memasang wajah datar dengan tatapan tajamnya yang mengintimidasi.
"udah biarin aja gak usah di dengerin." yena menarik tangan yohan untuk duduk di kursi milik hyewon. lalu mengeluarkan roti dan minuman yang diberikan oleh juniornya tadi pagi.
yohan akhirnya duduk, menarik kursinya agar lebih mendekat ke arah yena. cowok itu menatap apa yang di pegang yena. tak berapa lama cowok itu tersenyum.
"kamu belum sarapan tadi pagi?" tanya yohan.
"udah, tadi ada yang ngasih jadi makan aja sayang mubazir."
"emang dari siapa itu?"
"gak tau, tiba-tiba aja dikasih."
"yang ngasih pasti suka banget sama kamu." ujar yohan membuat yena mengernyitkan dahinya.
"kamu tau?"
"tau."
"siapa emang?"
"coba tebak."
"ganteng?"
yohan mengangguk.
"tinggi? anak kelas dua belas?"
lagi-lagi yohan mengangguk.
"jangan-jangan anak kelas sini."
"hm."
"punya pacar?"
"punya."
"anak kelas sini juga pacarnya?"
"iya."
yena menautkan alis. tiba-tiba menatap yohan penuh selidik.
"kamu yang ngasih?" tanya yena yang hanya dibalas senyum oleh yohan.
"beneran kamu?" tanya yena lagi memastikan.
"iya. aku tadi bingung harus gimana lagi biar dimaafin kamu. bukannya aku gak usaha buat bikin kita baikan cuman aku nya bingung harus mulai dari mana ngelakuinnya."
yena tertawa, "gemes banget pacar gue."
"coba ulang lagi. tadi gak denger." ujar yohan mendekati yena lebih dekat lagi.
"nyebelin banget pacar aku." ujar yena mengejek yohan.
yohan hanya geleng-geleng kepala melihatnya. "ngangenin banget pacar aku." ujar yohan tidak mau kalah.
sial! yena selalu luluh sama setiap perlakuan yohan padanya.
to be continue
ngetiknya sampe merem melek gegara ngantuk abis pulang dari acara.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAPPY
Fanfiction[ COMPLETE✅ ] "SAPPY" sad and happy that you always feel. --- "kalau lo suka sama gue jangan coba buat pergi ya?" "jujur gue udah suka sama lo yen. tapi, apa lo bahkan suka gue?" tanya cowok itu. "gue..." yena gugup. kini yohan menggenggam kedua tan...