35; berdamai (2)

126 19 3
                                    

akibat dari pertanyaan konyol yohan ke yena. sekarang cewek itu jadi dalam mode senggol bacok.

baru dilirik yohan dikit dia langsung natap tajam seakan-akan kayak mau makan orang hidup-hidup

kayak sekarang. yena baru aja dari kamarnya buat ganti baju. langsung mendudukkan tubuhnya ke atas sofa, di samping yohan yang lagi nonton.

karena lagi nunggu hangyul dan mereka terjebak dalam keheningan. yohan inisiatif buat buka pembicaraan terlebih dahulu.

"yen."

"APA SIH?!"

yohan terkejut. mengerjab-ngerjabkan matanya berulang kali.

padahal dia manggil yena pelan tanpa emosi sedikitpun. kayaknya yohan menyesal udah nanya hal konyol itu ke yena karena dia sendiri pun gak tau kenapa bisa menanyakannya tanpa berpikir lebih dulu.

"marah?" tanya yohan memutar posisi duduknya menghadap yena.

yena masih bergeming. matanya fokus ke tivi tanpa ngejawab pertanyaan yohan.

"yen? beneran marah? aku cuma bercanda tadi."

"apa sih. siapa yang marah coba?!"

"kamu."

"ENGGAK!"

yohan jadi makin bingung. makin lama yena jawabnya ngegas banget.

"kalo nggak marah, kenapa nggak mau ngeliat aku?" yohan memegang tangan kiri yena tapi langsung ditepis sama cewek itu.

"jangan pegang-pegang." ujar yena masih belum menatap yohan.

"kenapa?"

"nggak mau aja."

yohan mengembuskan nafas pasrah. tapi bukannya berhenti, dia dengan santainya mengelus rambut yena sebelum menaruh rambut-rambut yang menutupi wajah cewek itu buat di selipin di belakang telinga.

bukannya menolak seperti tadi, yena jadi malah memilih diam. menikmati setiap elusan dan gerakan tangan yohan yang menyentuh rambutnya.

"yena." panggil yohan.

"hm."

"kamu mau tau nggak cerita aku bisa suka sama kamu?"

yena hanya diam. masih tidak menanggapi dan menoleh sedikitpun ke arah yohan. pandangannya masih fokus ke layar tivi.

gak peduli ucapannya di abaikan. yohan tetap memilih melanjutkan.

"aku bahkan egois nggak mikirin perasaan hangyul buat bisa dapetin kamu." yohan masih mengelus rambut yena lembut. tatapannya dalam menatap dan fokus pada yena, seolah-olah hanya cewek itu yang bisa dia lihat.

"dulu aku pernah suka sama orang. pertama kali dalam hidup aku tau rasanya suka ke lawan jenis... tapi saat aku tau kalo aku nggak ada harapan buat dapetin dia. aku memilih nyerah."

akhirnya yena menoleh. menatap yohan yang sedang menatapnya dalam.

"aku merasa hidup aku masih baik-baik aja setelah nyerah. nggak ada perasaan aku bakal nyesal kalo nggak dapetin dia... tapi setelah aku kenal hangyul di singapura karna dia juga atlet taekwondo, kita jadi berteman dekat. dia cerita banyak tentang kamu... aku laki-laki, aku tau gimana sukanya hangyul sama kamu dari cara dia ceritain kamu lewat sorot matanya..."

yohan menghentikan ucapannya sebelum tangannya menggenggam tangan yena erat. pandangan mereka seolah terkunci satu sama lain.

"aku sempat mikir, cewek kayak apa sih yena itu sampe hangyul bisa sesuka itu? tapi saat aku ketemu kamu secara nggak sengaja kita satu sekolah. aku jadi lebih sering ngamatin kamu, dari awal aku dateng ke sekolah itu. di saat orang lain sibuk muji-muji dan tebar pesona buat dapat perhatian aku, cuma kamu yang nggak keliatan tertarik sama sekali... dari situ aku jadi penasaran, dan sekarang aku tau kenapa hangyul bisa sesuka itu sama kamu."

SAPPYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang