Tawa dan Bukit Moko

587 131 58
                                    

Song to Listen : Love Again by Loosy

"bukan enggak mau, tapi saya enggak merasa pantas mengampu"-Karega

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"bukan enggak mau, tapi saya enggak merasa pantas mengampu"
-Karega

Sinar mentari yang menembus jendelanya melalui teralis membuat Rega yang sedang asyik berselancar di dunia mimpi. Dengan terpaksa ia bangkit dari kasur nyamannya dan membereskan kasurnya yang berantakan. Heran, padahal Rega hanya tidur tapi keadaan kasurnya begitu berantakan seperti baru saja terkena angin topan.

Selepas memebereskan tempat tidurnya, pemuda itu menuju kamar mandi untuk membersihkan wajahnya dan menyikat gigi. Rega sedikit bercermin kemudian keluar dari kamar mandi dan duduk di meja belajarnya. Tangannya meraih ponsel yang semalaman tergeletak di meja belajar, karena prinsip Rega, haram hukumnya menaruh ponsel di dekat tubuh ketika akan tidur. Aplikasi pertama yang dibuka adalah ruang chat grup angkatannya yang membahas hal-hal basic, kemudian ruang obrolannya bersama Sore, Anya, Hira dan Rai.

Tangannya iseng membuka profil sosial media Sore yang foto profilnya baru saja diganti dengan fotonya ketika masih berambut merah muda di dalam bianglala, sepertinya ia sangat menyukai rambut merah mudanya. Rega mengulas senyum tipis, senyum gadis itu menular walaupun hanya gambarnya saja. Rega mengakui dirinya kagum dengan kepribadian gadis itu, mengingat hal yang terjadi ketika ospek kemarin ketika Sore membantu temannya, dan malah berakhir terkena beberapa tamparan.

Iya, Rega tahu karena pemuda itu sengaja melambatkan langkahnya. Melihat tamparan itu mengenai sisi wajah Sore yang sebelumnya sudah kena tampar Andre membuat Rega meringis tidak tega. Kalau saja ia tidak ragu untuk melangkah pada Sore kala itu, mungkin perasaan Rega akan sedikit lebih baik sekarang. Kalau saja ia tidak hanya berdiri disana seperti pengecut yang selalu menimang nimang sesuatu sebelum melakukannya.

Rega juga tidak tahu, sebut saja ada perasaan yang tidak terdefinisi menyergap hatinya. Yang Rega tahu, rasanya panas, tidak nyaman dan meningkatnya keinginan untuk marah. Saat Genta dengan senyumnya mendengarkan keluh kesah Sore, merangkulnya dengan hangat dan mengacak rambut gadis itu seperti laki laki sejati, Rega merasa kalah jauh. Entah kalah karena apa, padahal Rega tidak pernah berada dalam suatu kompetisi dengan Genta.

"hei, hayu buru siap siap,"

Erlan yang tiba tiba menyembul di balik pintu kamarnya membuat Rega yang tengah melamun kaget bukan main. Pemuda itu berbalik menatap kesal pada temannya itu. Sepagi ini Erlan sudah mandi, sudah siap entah mau kemana, sebuah keajaiban.

"kemana?" kata Rega, "kaget saya".

"lah, kata si Sore maneh udah dikasih tau, gimana sih?" kata Erlan kemudian masuk ke dalam kamar Rega dan merebahkan tubuhnya di kasur yang baru saja Rega bereskan.

Rega hanya geleng geleng kepala kemudian membuka ponselnya. Benar saja dalam grup perancang rumah (tangga), Sore sudah mengajak semua orang untuk pergi ke Bukit Moko bersama dirinya dan ayahnya. Semua orang sudah setuju, bodohnya Rega melewatkan pembahasan di grup chat itu.

Kulminasi IlusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang