Song to listen : Bertaut by Nadin Amizah
akhirnya, aku pulang
-Genta
Bandung hari ini begitu terik, sepertinya musim hujan kemarin kemarin akan segera berlalu. Meskipun tidak sepanas Jakarta, Genta tetap saja kegerahan. Walaupun pemuda itu memegang sekaleng soda dingin di tangan, panas masih saja menyergap.
Genta, berjalan di bawah terik Bandung siang ini. Ia sengaja tidak membawa motornya ke kampus karena ingin sedikit menggerakkan tubuhnya. Dulu saat sekolah, Genta sering sekali berolahraga. Namun sekarang, karena jadwal kuliah yang padat olahraga seakan hal yang asing bagi Genta.
Selain itu, ia juga ingin menyegarkan fikirannya yang belum juga tenang. Sore masih menjaga jarak dengannya, entah sampai kapan. Juga kedekatannya dengan Rega yang semakin terlihat, membuat Genta pusing sendiri.
Akhirnya kakinya sampai ke depan pagar kostannya. Genta tidak sabar untuk segera mandi dan merebahkan tubuhnya di kasur yang dingin. Ah, ia juga sepertinya ingin membeli es campur di persimpangan jalan, kemudian memakannya sambil menonton salah satu film seri yang tengah ia ikuti.
Soda kaleng di tangannya jatuh seketika. Baru saja ia hendak membuka pagar, ia dikagetkan dengan keberadaan wanita berambut panjang yang tengah berdiri di depan pagar kostnya. Genta menampar pipinya sendiri, meyakinkan kalau ini hanyalah mimpi.
Apalagi ketika wanita itu tersenyum, Genta makin dibuat yakin kalau ini adalah mimpi. Senyum yang belum pernah ia dapatkan selama delapan belas tahun kemarin, baru ia dapatkan hari ini. Tubuhnya membeku, mencerna apa yang sedang terjadi sekarang.
"kenapa kaget Gen? Ini mama jenguk kamu loh," kata Airin sambil tersenyum.
"mama?" ucap Genta, masih berdiri mematung disana.
"iya, ini mama ada disini," kata Airin lagi.
Genta menggelengkan kepalanya, "aku, enggak mimpi kan?" katanya.
Airin tersenyum, "enggak Genta," katanya, "ini mama mau disuruh berdiri disini sampai kapan?"
Meskipun masih kaget, akhirnya Genta membukakan pagar kostannya dan mempersilahkan ibunya masuk. Jantung Genta berdegup dengan sangat kencang sekarang, rasanya tidak nyata. Rasanya asing karena bahkan baru pertama kali dalam hidupnya Airin memanggil namanya dengan lembut.
"loh, Gen?"
Ternyata ketiga temannya ada disana, Naren tengah bermain ponsel, Erlan yang menonton infotaiment dan Rega yang terlihat sedang mengerjakan tugas. Genta mengerti, mereka pasti sama kagetnya dengan Genta. Atau jangan jangan, mereka curiga Genta membawa perempuan karena Airin yang terlihat awet muda.
"ini, mama saya, dari Jakarta," kata Genta.
Ekspresi kaget tercetak jelas di wajah Rega, Naren dan Erlan. Sedikitnya mereka tahu kalau keadaan keluarga Genta di Jakarta tidak baik baik saja. Namun untung saja Erlan dengan cepatnya mencairkan suasana, ia bangkit kemudian menyalami Airin. Tentu saja langsung diikuti olah Naren dan Rega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kulminasi Ilusi
Fanfiction[Completed] Dia punya banyak mimpi yang ingin diwujudkan sebelum waktunya habis, aku adalah puncak mimpinya yang paling tinggi.