Song to listen : Things I Could Never Say to You by Noni
You are the best memory
-RegaPerlahan, Rega membuka matanya, menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya dari lampu ruangan rawatnya. Sekujur tubuhnya lemas, semalam sehabis mengobrol panjang dengan kawan kawannya, Rega langsung tertidur karena kemarin tubuhnya terasa sangat lelah entah kenapa. Sejenak, ia hanya memandangi langit langit kamarnya tanpa suara, sesunyi itu, hanya suara jarum jam yang terdengar.
Matanya menyipit ketika tiba tiba saja, di sudut ruangan Bunda tengah menangis di pelukan ayah. Tangisan Bunda yang sampai ke telinganya begitu nyata, rasanya Rega ingin lari pada Bunda. Sayangnya, badannya tidak bisa ia gerakkan, ia hanya memandang Bunda yang menangis dalam diam.
Bunda, Bunda kenapa?
Tangannya sedikit terangkat, ia ingin menggapai Bunda. Ia mau memeluk Bunda sekarang. Sayang, jangankan memeluk, memanggil nama Bunda pun ia tidak mampu. Suaranya tidak bisa keluar, rasanya sesak.
Bunda, jangan nangis! Biru enggak apa apa!
Ketika ia tengah mengusahakan seluruh tubuhnya untuk bergerak, atau minimal memunculkan suara, lagi lagi suara tangis terdengar di telinganya. Kali ini, suara teman temannya yang terdengar, ia hafal betul. Suara Erlan dan Laiv yang meneriakkan namanya.
Ada apa? Kenapa semuanya nangis?
Matanya menangkap bayangan Erlan dan Laiv yang tengah menangis, Raiden yang meunduk dalam dan Genta yang mencoba menenangkan Erlan. Rega mengrenyitkan dahinya, kenapa mereka semua menangis? Apa yang mereka tangisi?
Ada apa? Lan, kenapa? Apa yang sakit?
Mendengar tangisan orang orang yang Rega sayangi, rasanya Rega seperti disiksa. Ia bertanya tanya, ada apa, mengapa semua orang menangis? Mengapa juga tubuhnya tidak bisa digerakkan? Mengapa seluruh tubuhnya rasanya seperti remuk semua.
Apa Biru lagi sekarat?
"Rega,"
Ah, suara tangis yang paling tidak ingin ia dengar pun akhirnya sampai di telinganya. Air matanya merembes keluar ketika melihat Sore dengan air mata yang bercucuran tengah menangis di pelukan Naren.
Re, jangan nangis, saya disini
Rega rasanya seperti disiksa, ia tidak kuat melihatnya. Air matanya juga sudah turun sedari tadi. Tolong beri tahu Rega, sebenarnya apa yang terjadi?
Biru...
Biru...
Biru...
Tiba tiba, Rega merasa tubuhnya seperti ditarik, suara tangisan itu perlahan lahan menghilang dari telinganya. Ia mengerjapkan matanya ketika melihat Bunda yang tengah berdiri di sisinya. Bunda tidak menangis seperti tadi, Bunda baik baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kulminasi Ilusi
Fanfic[Completed] Dia punya banyak mimpi yang ingin diwujudkan sebelum waktunya habis, aku adalah puncak mimpinya yang paling tinggi.