Lirik dan Nada

566 125 38
                                    

Song to Listen : Stargazing by Farrel Hilal

Song to Listen : Stargazing by Farrel Hilal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"hati saya udah enggak beres"
-Karega

Hal yang pertama kali Rega jumpai saat ia membuka mata adalah tangan Erlan yang dengan semena-mena memeluk tubuhnya. Gusar, pemuda berhoodie coklat itu menyingkirkan tangan Erlan dengan kasar, tapi si empunya tangan tidak terganggu sedikit pun. Rega bangkit dari tidurnya kemudian melihat sekeliling, lucu melihat ia dan kelima kawannya mengenakan hoodie dengan warna berbeda tidur berjajar seperti ikan asin.

Rega kemudian merangkak menuju pintu tenda, membukanya dan keluar dari sana. Matahari baru saja menyembul mencipta langit dengan perpaduan warna jingga dan biru cerah yang indah, dilengkapi udara sejuk yang membuat senyumnya merekah, Rega merasa segar. Melihat matahari terbit, Rega langsung teringat pada Sore, ia melirik ke arah tenda perempuan di sampingnya. Rasanya, ia ingin membangunkan gadis itu untuk melihat matahari terbit bersamanya.

Sebut saja Rega si manusia denial, sudah jelas dan bahkan separuh dirinya mengakui kalau ia memang tertarik dalam artian sebagai perempuan pada sepupu seorang Narendra itu, tapi separuh dirinya lagi memaksa dirinya untuk menganggap hal itu tidak ada. Logikanya berteriak, ia belum lama bertemu dengan gadis itu, sangat mustahil untuk menyukai Sore hanya dalam jangka waktu yang singkat. Akan tetapi, Rega belum sadar kalau semenjak pertemuannya di kedai thai tea waktu itu, gadis berambut sebahu itu tidak pernah absen dari fikirannya.

"rajin amat udah bangun,"

Rega terlonjak, ia tidak menyadari kalau ayahnya Sore, atau yang dulu sering ia sebut dengan Kang Wage sedang duduk di kursi yang menghadap langsung ke pemandangan hamparan atap rumah warga yang tersusun tak rapi. Khas sekali gayanya, dengan cardigan rajut tebal belang belang besar, celana tidur, gitar di tangan dan rokok yang terselip di telinga. Jujur, gaya berpakaian Rega sedikit terinspirasi dari idolanya tersebut.

"udah om, enak seger," kata Rega kemudian beranjak mengambil dua cangkir dan membuat teh celup dari air panas yang sudah tersedia di termos.

Rega berjalan ke arah Wage kemudian menaruh satu cangkir teh hangat di sebelah Wage. Ia pun kemudian duduk di sebelahnya, menatap matahari yang sedang muncul perlahan. Ia menyesap teh hangat dari cangkirnya, rasanya ajaib padahal hanya teh celup biasa.

"kamu dari Yogyakarta ya? Semalam saya kepoin channel youtube kamu," kata Wage sambil menghisap rokoknya dalam kemudian mematikannya.

"iya om, wah malu saya," kata Rega kemudian tertawa kecil.

"kalo kamu suka Selaksa Gita, harusnya kamu panggil saya Kang Wage dong, kan pendengar biasanya manggil saya begitu," kata Wage.

"dulu saya manggil gitu om, tapi kan sekarang agak janggal aja kan om ayahnya teman saya," kata Rega.

"temen tapi demen gitu?" tanya Wage kemudian tertawa lepas.

"ma-maksud om?" Rega gelagapan.

"enggak, saya bercanda doang," kata Wage, "tapi kalau kamu suka sama Sore enggak apa, paling harus ngelewatin kakak kakak sepupunya, si Jepri, si Naren adiknya juga si Sadan juga sama sama protektif".

Kulminasi IlusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang