Song to listen : Adu Rayu by Yovie Widianto, Tulus and Glenn Fredly
"saya enggak suka kamu ngalah," kata Genta
"saya sama sekali enggak ngalah," jawab RegaRega menghela nafas dalam sambil memandangi lampu lampu kota yang terlihat seperti refleksi bintang di langit. Pemuda itu menutup buku yang tengah ia baca dan melepas kacamatanya. Sekarang pemuda itu tengah berada di atap kost, tempat yang ternyata dapat membawa ketenangan juga.
Suara pintu terbuka membuat pemuda itu menoleh. Ternyata Genta dengan dua cangkir di tangannya tengah berjalan ke arahnya. Rega menggeser duduknya untuk memberikan tempat Genta duduk. Genta tersenyum, kemudian menaruh dua cangkir yang ia bawa sebelum duduk di samping Rega.
"saya kira kemana," kata Genta, "taunya ngadem disini".
"makasih loh,"
Rega mengambil cangkir putih berisi teh hangat yang dibawakan Genta kemudian menyesapnya dalam. Rega menghirup aroma teh itu dalam sambil menutup matanya. Rasa hangat menjalar dari kerongkongannya, sampai ke perutnya, sangat nyaman.
Bukan minuman beralkohol yang jadi pelarian Rega ketika ia terserang jenuh, tapi minuman hangat inilah yang jadi pelariannya. Di rumahnya di Yogyakarta, ibunya punya banyak jenis teh di dapur. Rega suka minum teh berdua dengan ibunya sambil membicarakan hal-hal yang menurut mereka berdua, menarik.
"kenapa?"
Pertanyaan Genta barusan membuat fokus Rega yang tertuju pada teh beralih pada kawannya yang sedang duduk di sebelahnya. Rega menatap Genta penuh tanya, tidak mengerti maksud pertanyaan pemuda itu yang dirasa rancu. Memangnya apa yang kenapa?
"kenapa apa?" tanya Rega.
"kenapa ngalah?"
"maksudnya?"
"kenapa ngalah, kenapa biarin saya sama Sore?" tanya Genta.
Rega hanya bisa terdiam mendapat pertanyaan yang lebih mirip serangan dari Genta itu. Apa memang kentara sekali kalau hati tidak tahu dirinya ini menyimpan rasa pada Sore? Bagaimana bisa Genta tahu perasannya, sedang ia berusaha memendam sampai tak muncul ke permukaan.
"saya enggak ngerti ah," katanya kemudian terkekeh pelan.
"enggak gitu cara mainnya Re," kata Genta, "kita emang temen, tapi saya enggak suka kamu ngalah ke saya Cuma karena kita temenan".
"Gen—"
"—kita masih bisa saing secara sehat kok, enggak harus pake tonjok tonjokkan, jadi ngalahnya kamu itu sebenernya enggak perlu," kata Genta.
Rega menghela nafas dalam, "saya enggak ngalah sama kamu Gen," katanya, "saya ngalahnya sama keadaan".
"maksud kamu?" tanya Genta sambil menaikkan sebelah alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kulminasi Ilusi
Fanfiction[Completed] Dia punya banyak mimpi yang ingin diwujudkan sebelum waktunya habis, aku adalah puncak mimpinya yang paling tinggi.