Song to Listen : Senandung Senja by Rusa Militan
"saya cuma punya kamu"
-GentaSore tersenyum tipis ketika ia membuka matanya dan wajah tenang Genta yang sedang tidur jadi hal pertama yang ia lihat. Sore melirik jam dinding yang tergantung di kamar Genta. Jam baru menunjukkan pukul lima pagi, sudah dua jam yang lalu sejak Genta pulang.
Sore mengarahkan tangannya mengelus surai Genta dengan tatapan yang tak lepas dari pemuda itu. Wajahnya ketika tidur begitu damai, berbeda tiga ratus enam puluh derajat dengan beberapa jam yang lalu. Genta mungkin lelah menangis, tidurnya terlihat sangat pulas.
"anak baik, anak hebat," kata Sore sambil mengacak rambut Genta.
Sore bangkit dari tidurnya kemudian sedikit meregangkan tubuhnya. Perutnya sudah berteriak minta diisi, jadi ia hendak mengambil makanan di dapur. Baru saja ia mau beranjak, tangan Genta menahan tangannya. Tangannya panas, sangat panas.
Panik, Sore menyentuh dahi pemuda itu dengan telapak tangannya. Suhu tubuhnya benar benar tinggi, wajahnya memerah dan tubuhnya gemetaran.
"Gen? Genta hei," kata Sore sambil mengguncang pelan tubuh Genta.
Mata pemuda itu terbuka, tapi ia tidak berbicara apa apa. Mata Genta mengeluarkan air mata sambil menatap dalam pada Sore. Tubuhnya tidak bisa digerakkan, rasanya seperti tulangnya remuk secara bersamaan. Suaranya juga entah mengapa sulit untuk keluar, nafasnya pun terasa sesak.
"hei, sakit ya, mana yang sakit,"
Sore mengangkat kepala Genta ke pangkuannya, kemudian merangkulnya. Ia menusap wajah Genta sambil tersenyum, seolah memberitahu kalau semuanya baik baik saja. Untunglah, tubuh Genta yang tadinya kaku perlahan lahan melemas, Genta sudah kembali tenang.
"jangan pergi," cicit Genta.
"enggak, aku enggak kemana mana, aku disini sama kamu," kata Sore sambil tersenyum hangat.
"Ayah pergi, Mama pergi, Luna juga, Nia juga, kamu jangan ya?" kata Genta dengan mata yang berair.
Sore mengangguk, "iya, aku kan disini, enggak usah mikirin hal hal yang enggak akan terjadi ya Gen?" katanya.
Genta kemudian bangun dari tidurnya, menarik Sore dalam pelukannya. Genta memeluk Sore erat, seolah tidak membiarkan gadis itu pergi darinya barang sedetik pun. Sore membalas peluk Genta, menepuk pelan punggungnya yang bergetar hebat karena menangis.
"kamu sakit ya Gen? Badan kamu panas," kata Sore.
"jangan Re,"
"iya, aku ga—"
"—jangan suka Rega," isak Genta.
Mendengarnya Sore terdiam, kemudain melepas peluknya. Ia sedikit meringis ketika melihat Genta yang kembali berantakan. Mata sipitnya makin tidak terlihat karena menangis semalaman. Bisa bisa matanya tidak bisa dibuka kalau ia terus terusan mengeluarkan air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kulminasi Ilusi
Fanfiction[Completed] Dia punya banyak mimpi yang ingin diwujudkan sebelum waktunya habis, aku adalah puncak mimpinya yang paling tinggi.