Sebuah Upaya

480 113 18
                                    

Song to listen : Be My Friend by Pamungkas

Song to listen : Be My Friend by Pamungkas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I just wanna be accepted
-Genta



Lagi lagi Genta tidak bisa tidur dan hanya menatapi langit-langit kamarnya yang berwarna putih polos. Putih, polos dan sepi, tidak ada bedanya dengan hidupnya sekarang. Sudah banyak cara Genta coba untuk mendistraksi atensinya dari masalah masalah yang ia tinggalkan di jakarta. Akan tetapi, sebanyak apapun cara yang ia coba, tetap saja masalah masalah itu menghantuinya.

Dulu, ketika isi kepalanya penuh dengan hal hal semacam ini, ia akan pergi ke taman belakang tempat bunga gardenia tumbuh. Disana, seorang gadis yang rambutnya tidak pernah melebihi bahunya akan tersenyum padanya, mendengarkannya dan memeluknya. Genta tahu, ketika ia ingin menangis, gadis itu selalu ada, berdiri di samping tanaman gardenia kesukaannya.

Akan tetapi, hari itu dia hilang, ketika genta sedang jatuh-jatuhnya. Yang genta temukan pada sore hari yang diguyur hujan waktu itu hanyalah tanaman gardenia yang sedikit rusak. Sejak hari itu, Genta selalu mencarinya, namun gadis itu hilang, seperti ditelan bumi. Hari itu, Genta kehilangan satu satunya orang yang mendengarkannya di rumah, dia hilang dan Genta sendirian.

Tangannya bergerak untuk mengambil ponselnya di atas nakas. Layar ponsel hijau itu masih menunjukan hasil pencarian terakhirnya di internet mengenai tempat yang kata Luna adalah tempat ibunya. Mau diputar balik berapa kali pun, alamat yang diberikan Luna memang mengarah ke sana. Bahkan, foto wanita cantik sang pemilik tempat tersebut sudah Genta dapatkan. Genta tidak dapat mengelak, senyuman mata wanita itu, ia miliki juga.

"heh, hayo makan, urang baru masak nasi goreng nih,"

Atensi Genta teralih pada Naren yang menyembulkan sedikit kepalanya di pintu kamar Genta. Dengan malas Genta bangkit dari tempat tidur yang sebenarnya tidak lebih bagus daripada tempat tidurnya di Jakarta, tapi menghasilkan nyaman yang berjuta kali lebih banyak. Genta menatap ponselnya sekali lagi, sebelum akhirnya pemuda itu menutup ponselnya dan beranjak keluar dari kamarnya.

Memang setiap sabtu atau minggu pagi, Naren selalu memasakkan sarapan bagi Genta, Rega dan Erlan. Naren bilang, hal ini dilakukannya untuk menghemat uang saku mereka berempat dan menyalurkan hobi memasaknya. Waktu ia tinggal di rumahnya, ada adiknya yang selalu meminta untuk dimasakkan, namun sekarang, Naren sudah tinggal di tempat kost dan ini adalah satu satunya cara untuk menyalurkan hobinya.

"tapi Sorenya gapapa?"

Topik mengenai Sore yang dipertanyakan Erlan pada Rega adalah hal pertama yang ia dengar ketika duduk di lingkaran teman temannya itu. Setahu Genta, gadis itu masuk base kampus dan mendapatkan banyak komentar jahat. Mungkin Erlan dan Rega sedang membahasnya.

"nangis sebentar," jawab Rega, "ya kalau jadi dia saya kesel juga sih, orang orang main gosip aja".

"emang kenapa?" tanya Genta sambil menyendok nasi goreng buatan Naren ke piringnya.

Kulminasi IlusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang