Song to listen : Is It The Answer by Reality Club

(harusnya almet ijo gelap hahaha)
Pagi-pagi di kost Pak Kardi, sudah ramai dengan enam bujang yang sedang sibuk bersiap. Kemarin, tiba tiba saja entah datangnya dari mana, Erlan mengajak Genta, Rega, Naren, dan Raiden untuk menginap di villa milik Laiv yang berada di daerah Lembang. Tadinya Rega ingin menolak, namun ajaibnya Erlan dengan segala paksaannya, akhirnya Rega memutuskan untuk ikut.
Dan disinilah Rega sekarang, menonton teman temannya yang sedang sibuk bersiap, terutama Naren. Sesekali ia meneguk teh hangat dari cangkir putih di tangannya sambil menontoni Erlan, Naren dan Laiv yang heboh memasukkan barang barang yang akan mereka bawa tanpa ada niat membantu. Dari mulai membawa camilan, bahan makanan hingga PS 5 milik Laiv, sudah seperti akan pindah rumah saja mereka, padahal disana hanya menginap selama tiga hari dua malam.
Matanya melirik ke arah Genta yang tengah sedikit sedikit membantu memasukkan jagung ke tas besar. Ia dan Genta sama sekali belum bisa dikatakan berbaikan. Mengobrol saja sudah tidak pernah, sekalipun berpapasan mereka hanya akan saling melempar tatapan tajam.
"situ enggak mau bantuin gitu?" cibir Laiv.
Rega menggeleng, "kalian yang maksa saya ikut, saya jadi rajanya lah," kata Rega.
"geus Ip bae nu penting milu," kata Naren kemudian terkekeh. (udah Ip, yang penting ikut)
"jadinya beneran enggak usah bawa motor kan? Males saya," kata Rega.
"iya, semuanya naik mobil urang, udah bawa yang mahi genepan nih urang," kata Laiv. (iya semuanya naik mobil aku, uah bawa yang cukup berenam nih aku)
"nah, udah, ayok gas," kata Naren.
Mereka berenam kemudian melangkahkan kakinya menuju lantai pertama kostan. Rega sedikit menatap bingung Laiv, Naren, Erlan dan Raiden yang berlarian menuju ke bawah. Ia hanya geleng geleng kepala sambil berjalan santai menuju tempat mobil Laiv terparkir.
Ah, Rega mengerti kenapa mereka berlarian seperti tadi. Kursi kemudi di depan diisi Laiv dan Naren di sebelahnya, sedangkan kursi paling belakang sudah diisi Raiden dan Erlan. Tempat duduk yang tersedia hanya di bagian tengah, dan itu berarti ia harus duduk bersebelahan dengan Genta.
"Lan, tukeran," kata Genta yang sama seperti Rega, masih berdiri di pintu mobil Laiv.
"ogah, urang mau main game sama si Raiden, enggak usah ganggu," kata Erlan sambil merangkul Raiden manja.
Sementara Raiden hanya memaksakan senyum, geli juga sebenarnya. Akan tetapi, mengingat rencana yang mereka susun, Raiden pasrah pasrah saja dirangkul rangkul manja oleh Erlan.
"Na, saya aja yang sebelah Laiv," kata Rega.
"enggak, Naren yang tau jalan buat nemenin aing, duduk aja kenapasih ribet amat," kata Laiv.
"heeh burukeun, lalila," kata Erlan. (iya cepetan, dasar lama)
Genta menghela nafas pasrah kemudian masuk ke dalam mobil Laiv dan duduk di jok tengah mobilnya. Rega pun sama, meskipun terpaksa akhirnya ia duduk juga karena teman temannya sudah tidak sabar ingin berangkat. Tak lupa, Rega memberi jarak duduknya dengan Genta, kira kira 50 cm.
Melihatnya, Laiv dan Naren hanya saling pandang. Disatu sisi, mereka tidak suka ada pertengkaran diantara Rega dan Genta, namun disisi lain, lucu juga melihat pertengkaran Rega dan Genta yang malah terkesan seperti pertengkaran bocah sekolah dasar.
"yaudah sih berangkat tadi katanya cepet cepet," sengit Rega.
"enya hampura, hayu gas," kata Laiv. (iya maaf, hayu gas)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kulminasi Ilusi
Fanfiction[Completed] Dia punya banyak mimpi yang ingin diwujudkan sebelum waktunya habis, aku adalah puncak mimpinya yang paling tinggi.