Song to Listen : Bandung by Mocca
all we need to do is protect ourselves, sometimes escape is the answer
-GentaPemuda bersurai hitam itu mengencangkan resleting jaketnya yang sebenarnya sudah sangat kencang. Angin Bandung pagi ini benar benar menusuk kulitnya yang padahal sudah dibalut kemeja lengan panjang dan jaket tebal. Pemuda itu menggosok gosokkan kedua tangannya sembari melihat mobil dan motor yang melaju di hadapannya.
Kalau di Jakarta, sepagi ini saja di jalan utama sudah macet dan panas, sedangkan disini ketika jam menunjukkan pukul sepuluh pagi, udara masih terasa dingin, kendaraan juga tidak banyak berlalu lalang. Mungkin pilihannya untuk mengasingkan diri dari Jakarta untuk belajar di Bandung adalah hal yang tepat.
Pemuda itu membuka ponselnya yang sedari tadi diam di saku jaketnya. Sambil menyesap teh hangat dari gelas plastik, ia kembali mencari cari informasi tentang kost yang mungkin bisa ia tempati. Merasakan hangatnya teh yang mengalir di kerongkongannya membuatnya sedikit merasa lebih baik, tubuhnya agak menghangat. Ternyata teh hangat seharga dua ribu rupiah tidak kalah dari yang sering ia beli dengan harga tiga puluh ribu di kedai kopi berlogo putri duyung langganannya yang tadi masih tutup.
"ah rudet, mending gorengan heula"
"enya atuh lah hayu"
Suara orang bercakap yang diiringi datangnya dua orang yang mengisi tempat duduk di pinggirnya, karena tempat ini hanya warung kopi pinggiran jalan, mengalihkan atensinya. Mereka bercakap cakap dengan bahasa yang sedikit tidak bisa dimengerti olehnya. Mungkin, mereka memang asli orang sini.
"mang abi hoyong kopi hideung, gausah digulaan mang, hoyong nu pait" kata salah satu dari mereka lalu membuka ponselnya.
"jiga aki aki pisan maneh," kata pemuda yang kulitnya agak gelap sambil mengambil gorengan dan melahapnya, "mang, naha nya hese nyari kosan di dieu"
"aya di Coblong loba, cobaan weh," kata penjual yang sedang membuat kopi di gelas plastik.
Pemuda itu sedikit mengerti, dari percakapan dua pemuda berbahasa sunda itu mereka sedang mencari kost untuk tinggal. Pemuda itu kemudian berperang dengan batinnya, apakah ia harus mengajak kedua pemuda tadi untuk mencari kost bersama. Lagipula, ketika datang ke Bandung ia memang tidak mengenal siapa siapa, jadi mungkin tidak apa apa.
"ehm, kalian cari kost juga?" pemuda itu akhirnya membuka suara.
Pemuda yang tadinya sedang bermain ponsel menoleh, "iya, dari tadi puter puter pusing juga nyarinya," katanya, "maneh kuliah di kampus gajah juga?"
"maneh?"
"lah, ditanya kok balik nanya?"
"hah?"
"maneh teh artinya kamu," kata si pemuda berkulit gelap masih sibuk mengunyah gorengan.
"oh, iya saya kuliah disana juga, saya Genta, Teknik Sipil," kata pemuda itu memperkenalkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kulminasi Ilusi
Fanfic[Completed] Dia punya banyak mimpi yang ingin diwujudkan sebelum waktunya habis, aku adalah puncak mimpinya yang paling tinggi.