15

24 5 1
                                    

"LEONIIII...."

Leoni menghentikan langkahnya saat kakinya baru menginjak lobi utama sekolahnya mendengar seseorang meneriakkan namanya.

Leoni menoleh langsung termundur kecil saat tubuhnya di peluk tiba-tiba oleh Yersa.

"Wow." seru Leoni yang kewalahan sendiri menahan tubuh Yersa yang memeluknya erat.

"Lo udah sembuh. Lo gak apa-apa kan? Udah gak apa-apa kan? Udah di bolehin sekolah." ucap Yersa menghujani gadis itu dengan pertanyaan yang sebenarnya sama. Heboh sendiri dengan mata yang berkaca-kaca. Menggoyangkan tubuh Leoni kekanan dan kiri meneliti gadis itu.

"Gue udah gak apa-apa." jawab Leoni kalem.

"Syukur deh. Gue kaget banget pas dapet kabar lo di bawa pake ambulans. Gue gak tau apa yang terjadi sama lo. Tiba-tiba heboh aja lo_" Yersa tak sanggup meneruskan perkataannya. dengan nafas terengah ia menahan tangis.

"Sori. Sori buat lo khawatir. Gue udah gak apa-apa sekarang. Gue udah sehat." kata Leoni memeluk kembali Yersa yang mengusap matanya yang terasa basah. "Aigu. Kaget ya lo?" Leoni tertawa kecil menepuk-nepuk pundak gadis yang sedikit lebih bendek darinya itu.

"Tapi lo kok gak jengukin gue?" tanya Leoni melepaskan pelukannya. Memegang pundak gadis itu.

"Gue dateng. Tapi lo nya tidur mulu. Minggu kemaren juga gue cuma ketemu sama penjaga lo doang. Gue liat lo nya lagi pules banget. Gue diem di kamar lo lama. Deka bilang lo abis minum obat." gerutu Yersa kesal sendiri.

"Penjaga?"

"Kakak lo, Si astor gope sama Dion."

Leoni hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Mereka kembali berjalan menuju kelasnya.

"Kok bisa sih si Deka ada di rumah lo? Si Dion juga?" tanya Yersa kepo.

"Kakak gue ada urusan jadi nyuruh Deka dateng ke rumah. Kalo Dion. Gue yang minta dia dateng ke rumah."

"Ada apa lo sama Dion?" tanya Yersa menoleh pada Leoni.

"Dia mantan gue."

"HAH! MANTAN LO?!" seru Yersa nyaring sampai Leoni menutup telinganya. Dan beberapa orang yang ada di sekitar mereka menoleh.

"Bisa biasa aja gak?" tegur Leoni menggertakkan giginya.

"Sejak kapan? Kok bisa? Kok gue gak tau?" kembali Yersa memberondong Leoni dengan pertanyaan tak peduli dengan gertakan Leoni.

Begitu lah temen Leoni yang satu itu. Selalu berisik.

"Kenapa lo gak bisa kalem gitu kaya pas lo di lapangan."

"Ih jangan ngalihin." rengek Yersa menggoyang-goyangkan lengan Leoni. "kenapa lo nyuruh dia ke rumah lo? Masih gamon?"

"Sembarangan! Itu mulut lama-lama gue pasangin filter ya." gemas Leoni menggerakkan tangannya seolah mengatupkan mulut Yersa yang termundur kecil menangkis tangan Leoni pelan.

"Leon!"


Panggil seseorang yang baru keluar dari parkiran. Berlari kecil menghampiri Leoni dan Yersa.

"Tumben siang." "Tumben pagi." kata Leoni dan Jinan berbarengan. Leoni yang siang jinan pagi. Mereka tertawa serempak. Sedangkan Yersa mengeryit tertawa kaku memandangi keduanya bergantian.

"Udah baikan?" tanya Jinan memasukkan kedua tangannya kedalam kantong jaket bomber hitam yang dia pakai.

"Alhamdulillah udah." jawab Leoni tersenyum.

"Syukur deh. Seneng liat lo sekolah lagi." ucap Jinan sumbringah, cerah menatap gadis itu yang juga tersenyum padanya. Tangannya mengepal dalam kantongnya. Gatal ingin mengusap puncuk gadis berhijab itu. Tapi sadar mereka tidak berdua saja.

My EighteenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang