GOR Merdeka
"Lho kok kesini? Katanya syuting?" seru Leoni mendongak kaget saat Deka sudah berdiri di anak tangga tepat di sampingnya.
"Si Kokonya sakit. Jadi syutingnya di undur." jawab Deka menyebutkan seniornya di club dance, Leoni hanya mengangguk.
"Lis noh ada Mawar. Ada kursi kosong juga disana." kata Deka pada Lisa yang datang bersamanya.
"Elo?" tanya Lisa melihat sekeliling karena di tempat dekat Leoni tak ada kursi yang kosong.
"Gampang gue mah." katanya santai.
"Udah lo juga duduk di sana aja sama Lisa." kata Leoni mendorong lengan Deka. "Di sini gak ada yang kosong."
"Gue bisa duduk disini." tukas Deka menunjuk anak tangga tepat di bawah kakinya.
"Kotor Deka! Lo duduk aja di sana." geram Leoni kembali mendorong Deka.
"Jangan dorong gue. Gue bisa duduk dimanapun gue mau." katanya menggenggam pergelangan tangan Leoni yang terus mendorongnya untuk pergi. Dengan segera Leoni menarik tangannya melirik Lisa yang berdeham pelan mengalihkan pandangannya mencoba menguasai air mukanya tetap biasa.
"Gue duluan ya." pamitnya cepat tersenyum canggung. Segera pergi dari sana tak ingin melihat kedua orang itu saling menimpali kata yang jatuhnya seperti pertengkaran sepasang kekasih.
Leoni menatap kepergian Lisa dengan helaan nafas berat. Merasa tak enak juga hatinya terasa sedikit sakit melihat bahu gadis itu menurun berjalan menghampiri Mawar. Senyumnya tak secerah biasanya saat menyapa Mawar.
Deka dengan dahi berkerut samar melihat Leoni yang terus menatap Lisa dengan wajah yang menyendu.
"Daisy mana?" tanya Deka mengalihkan perhatian Leoni.
"Tuh lagi ngeliput sama Chandra." tunjuk Leoni ke depan bagian tengah. Terlihat Esther berdiri di samping pemuda jangkung yang sedang memotret para pemain Voly yang sedang siap-siap untuk babak pertama pertandingan.
"Kenapa sama Chandra. Ola kemana?"
"Tuh Ola sama Pasha." tunjuk Leoni dengan dagunya pada Pasha yang juga mengacungkan kameranya di temani Ola.
"Terus tugas lo ngapain?" tanya Deka. Menoleh kembali pada Leoni.
"Gue nyatet skor."
"Doang?" tanya Deka lagi menaikan alisnya sebelah.
"Sama nonton. Ngasih semangat." jawabnya mendongak menoleh pada Deka yang mencibirkan bibir bawahnya.
"Mulai. Mulai!" seru Leoni berdiri saat mendengar peluit tanda pertandingan di mulai.
"SEMANGAT NUSANTARAAAAA!!" Teriak Deka tanpa aba-aba membuat Leoni yang berdiri di sampingnya meloncat kaget. Berbeda dengan yang lain menyambut teriakan Deka dengan sorakan semangat membuat Deka tertawa puas.
"Kaget gue!" gemas Leoni mencubit dan memelintir lengan baju pendek Deka sampai pemuda itu meringis ngilu sendiri melihat cubitan pada bajunya.
Penonton bersorak senang saat berhasil mencetak angka. Lalu bersorak kecewa saat kebobolan.
Leoni memotret papan skor setiap penambahan angka. Itu akan menjadi bahan untuk radionya Senin nanti. Sekarang penonton lebih tenang menikmati jalannya pertandingan. Walau kadang mereka kembali bersorak saat sekolahnya mencetak angka. Leoni kembali duduk melihat hasil jepretannya. Tak hanya papan skor saja yang ia foto anak-anak sekolahnya juga yang kompak mengenakan jaket almamater sekolah berwarna Navy. Juga anggotanya yang sedang berdiri paling depan memotret sesekali memvidio pemain. Sharah dan Yersa duduk lebih di barisan paling depan. Yersa bilang biar jelas cuci matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Eighteen
Teen FictionLeoni si gadis pencak silat pemegang sabuk biru. Murid kelas 11 MIPA 2 di SMAN Nusantara dan dikenal oleh hampir seluruh murid Nusantara. Dia gadis yang suple dan meledak-ledak. Wartawannya mading sekolah. Sering juga bercokol di OSIS. Tapi dari itu...