Hari H!
Hari pelepasan kelas 12. Pagi itu semua sibuk. Dari mulai yang mengatur tempat duduk untuk para guru dan pengurus sekolah, tempat duduk khusus para orang tua murid, juga murid kelas 12 di atur perkelas. Walau semua sudah di persiapkan dari kemarin-kemarin tapi Anggota OSIS kembali mengecek semuanya.
Acara pelepasan diadakan di Aula sedangakan untuk Acara pensi diadakan di lapangan upacara selepas acara wisuda selesai.
Leoni kembali dengan kameranya yang ia kalungkan di leher. Untuk mengabadikan kakak kelasnya yang sudah siap dengan setelan jas berdasinya untuk para siswa. Kebaya tradisional untuk siswi lengkap dengan make-up dan kondenya. Mereka terlihat gagah dan cantik.
"Waahh..." seru Leoni bertepuk tangan menyambut rombongan kakel yang juga teman sepermainan basketnya berjalan beriringan memasuki Aula.
Mereka sudah seperti F4nya Nusantara. Melewati pintu Aula dengan sorot cahaya khayalan juga semua orang menoleh pada mereka untuk sesaat.
Rasa geli juga kagum mengelitik perut Leoni sampai ia terus berseru kagum juga tertawa geli.
"WAaahh... Kak Yoyo terbaik!" seru Yersa bertepuk tangan lalu mengacungkan ibu jarinya pada Yoyo. Beruntung bukan cuma Leoni yang bertingkah bak fans mereka. Ada Yersa yang setia menemaninya fangirlingan.
"Wiiihhh... Kak Bobiii..." pekik Leoni. Baru kali ini melihat Bobi dengan pakaian yang serapi itu.
"Gue! Gue kenapa gak di teriakin keren kaya mereka?!" sungut Rudy karena dia tak di sebut-sebut.
"Kak Rudy tuh udah biasa berpakaian rapi di lapangan jadi udah gak 'wah' lagi. Udah biasa liat Kak Rudy pake jas beserta dasinya." kata Yersa dengan cara bicara Yersa yang ceria tapi kadang nyakitin. Rudy tak bisa membalas hanya bisa mencibir saja.
"Gue?" tanya Jinan menunjuk dirinya sembari tersenyum kalem.
"Kak Jinan paling juara gak bisa berkata-kata." ucap Yersa tanpa malu-malu mengacungkan dua jempolnya, memuji mantan ketos itu. Leoni hanya tertawa melihat tingkah Yersa yang begitu blak-blakan memuji para kakak kelas yang sebentar lagi menjadi alumnus itu.
"Foto dulu dong." pinta Leoni sembari mengangkat kameranya. "Hari ini gue yang jadi fotografernya!" katanya tersenyum menepuk dadanya bangga.
"Gue mau ikut di foto. Di tengah ya!" seru Yersa berlari kecil ketengah-tengah mereka sampai di soraki Boby dan Rudy. Bagi Rudy, Yersa itu seperti adik kecil yang rempong tapi seru. Rasanya cuma Yersa anak paskib yang dekat dengannya di luar lapangan.
"Siap ya." ucap Leoni mengacungkan kameranya. Leoni menghitung mundur dan benar saja perkiraan Leoni yang berpose kalem cuma Jinan. Sisanya ada yang bergaya hiphop mengacungkan tangan dengan gaya metal khas Bobi atau Rudy yang memiringkan tubuhnya dengan tangan satu di lipat di dada dan satu tangan lagi membentuk sudut dengan telunjuk dan ibu jarinya yang menghalangi mulutnya. Ada juga Yoyo dengan sok manis mengedipkan satu matanya dengan fingerheartnya yang ia julurkan kedepan. Yersa dengan senyum cerianya menaruh tangannya yang membentuk V di kedua pipinya.
"Giliran dong elo yang foto sama kita." kata Yoyo yang sudah beberapa kali ganti pose dan tanpa bosan Leoni memotret mereka.
"Kalo gue yang di foto siapa yang motoin?" tanya Leoni. "Jangan Yersa!" potong Leoni saat Rudy akan menunjuk Yersa.
"Kenapa emang? Gue bisa kok moto." bela Yersa menghampiri Leoni.
"Aku gak percaya sama kamu. Kamu tuh motonya suka ngeblur." ucap Leoni dengan manisnya dan sok drama.
"Gue bisa!" tegas Yersa.
"Enggak!" tolak Leoni balas tegas.
"KA!" panggil Leoni begitu melihat Deka memasuki Aula. Dengan santai Deka menghampiri mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Eighteen
Teen FictionLeoni si gadis pencak silat pemegang sabuk biru. Murid kelas 11 MIPA 2 di SMAN Nusantara dan dikenal oleh hampir seluruh murid Nusantara. Dia gadis yang suple dan meledak-ledak. Wartawannya mading sekolah. Sering juga bercokol di OSIS. Tapi dari itu...