Leoni bergegas masuk kekelas dengan nafas terengah dan ransel yang hanya di sampirkan di salah satu pundaknya juga jaket hoodie yang sudah ia lepas dan di genggam asal serta kerudung yang agak bengkok dengan peluh memenuhi keningnya.
Intinya dia datang dengan penampilan yang berantakan.
Leoni mengucap salam pada Bu Risha yang sudah ada di dalam kelas. Karena kelas memang sudah di mulai 20 menit yang lalu.
Bu Risha yang sudah tahu kebiasaan Leoni yang suka telat hanya menghela nafas menyuruhnya cepat duduk.
"Lari berapa puteran?" bisik Deka di sampingnya menoleh pada Leoni yang menelan ludahnya kesat dan mengibas-ngibaskan kerudungnya kepanasan.
"Sepuluh." jawab Leoni singkat mengeluarkan buku dari ranselnya.
Deka membelalakan matanya. "Lo ke gep dimana?" tanya Deka masih dengan berbisik. Biasanya kalau kesiangan dan ketahuannya di gerbang larinya cuma 5 kali putaran.
"Di tembok cina. Gila! Anak 10 ada yang anggota PD ngegep gue nya sama pak Septyo lagi." gerutu Leoni kesal, cemberut membuka buku dengan kasar. Pasalnya dia melompat tepat di ujung parkiran mobil dan kalau dari jendela lantai atas kelas 10 bisa terlihat dengan jelas siapa yang melompati pagar itu.
Sharah yang mendengar gerutuan Leoni hanya mesem ingin berbalik tapi menahan diri. Sedangkan Deka mengacungkan jembolnya di atas meja di depan Leoni, tertawa tanpa suara membuat gadis itu mendelik dan mencubit pinggang Deka sampai pemuda itu memekik tertahan, beringsut menjauh menggeser bangkunya sembari meringis mengusap pinggangnya.
"Yer, apa hari ini ada yang salah sama gue?" tanya Leoni saat mereka duduk di bangku kantin yang kosong mengedarkan pandangannya melihat para murid lain yang kebanyakan cewek itu menoleh padanya, ada yang mendelik, mendencih komat-kamit dengan temannya yang juga melirik padanya.
"Enggak. Kenapa emang?" tanya balik Yersa mengaduk mie ayamnya.
"MEREKA PADA NGELIRIK GUE SAMBIL KASAK-KUSUK GAK JELAS GITU. KALO BERANI SIH LANGSUNG NGOMONG AJA. JANGAN KAYA ULER YANG BERANINYA PASS PESS AJA!" kata Leoni lantang sampai semua orang yang ada di sekitar mereka melirik berdeham kecil jadi ciut dan kembali mengalihkan wajah bergerak canggung saat Leoni kembali menoleh mengedarkan pandangannya menatap mereka tajam.
Yersa hanya tersenyum menyumpit mienya dan memakannya dengan tenang. Sudah terbiasa dengan sifat temannya itu yang memang gak ada takutnya. Mental petarungnya keluar saat melihat hal yang mengusiknya.
"Lo belum liat ya vlognya si Chandra yang dia unggah tadi malem?" tanya Yersa mendongak kembali menyumpit mienya. Leoni yang sedang mengaduk-aduk mienya sampil melirik kanan-kiri dengan delikan tak tenangnya jadi menoleh pada Yersa yang duduk di depannya.
"Emang ngunggah apaan dia. Apa hubungan vlog dia sama situasi yang sekarang nimpa gue?" Tanya Leoni mengangkat alisnya sebelah.
Yersa menghela nafas menegakkan tubuhnya. "Makan dulu aja. Nanti bahasnya." kata Yersa mengetukkan sumpitnya pada mangkuk Leoni. Dia sedang tidak ada tenaga untuk membahas apapun karena perutnya sudah keroncongan dari tadi.
Leoni tak menuruti Yersa malah mengeluarkan ponselnya berniat memeriksa vlog Chandra dengan dahi berkerut samar. Sampai sebuah tangan merebut ponselnya.
"WOI!" Seru Leoni ingin mengambil kembali ponselnya tapi Deka dengan gesit mengacungkan tanganya menjauhkan ponsel dari jangkawan Leoni.
"Makan dulu." perintah Deka menekan pundak Leoni menyuruh gadis itu duduk. Leoni menurut walau mendelik pada Deka yang kini mendudukan diri di sampingnya. Secara otomatis para murid yang tadi sempet kicep berkasak-kusuk kembali melirik kecil pada Leoni.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Eighteen
Teen FictionLeoni si gadis pencak silat pemegang sabuk biru. Murid kelas 11 MIPA 2 di SMAN Nusantara dan dikenal oleh hampir seluruh murid Nusantara. Dia gadis yang suple dan meledak-ledak. Wartawannya mading sekolah. Sering juga bercokol di OSIS. Tapi dari itu...