"Kak?"
"Apa lo!" balas Bobi pemuda bergigi kelinci itu jutek.
"Ya elah masih marah?" tanya Leoni sembari mengikuti gerak-gerik pemuda itu yang terus menghindarinya belagak sibuk menggulung kertas kecil bertuliskan nama-nama unggas untuk nama cantik anak MOPD.
"Maaf deh kemaren beneran lostcontrol." Leoni terus mengikuti kemana pemuda itu menghadap. "Kak. Maafin atuh. Entar gue traktir deh." bujuknya sembari tersenyum menarik ujung lengan seragam Bobi yang masih mempertahankan ekspresi cemberutnya.
"Ye elah Bob. Kaya anak perawan lo ngambekan." Deka dengan ketidak sopannya melirik mereka berdua. Dongkol sendiri.
"Kak! Pake kak!" tegur Leoni menegaskan. Harus membaik-baikkan kakelnya itu agar dimaafkan. Deka hanya mendencih memasukkan gulungan kertas kecil yang Bobi dan dia gulung kedalam toples.
Bobi menyunggingkan bibirnya sebelah lalu berbalik menghadap Leoni.
"Kalo lo bisa bikin ni cunguk manggil gue dengan sopan. Gue maafin lo." tantangnya.
Leoni merenggut melemaskan pundaknya. Tahu sesusah apa harus membuat teman laknatnya untuk bersikap sopan atau manggil pake embel-embel 'Kakak' kecuali ke cewek atau orang yang gak begitu dekat dengannya.
Lah Bobi? Mereka udah kaya love hate relationship. Udah kaya Tom-Jerry, Naruto-Sasuke, Garuda-Sriwijaya. Gimana Leoni bisa bujuknya? Dikit-dikit baku hantam, caci-cacian. Abis itu rangkulan bertos ria. Tertawa gila. Kan sableng!
"Udah lah mau ngambek terus juga bodo amat. Yang penting gue udah minta maaf ya!" tegas Leoni tak ingin pusing lagi.
"Lah kok lo jadi yang ngambek?" protes Bobi mengerutkan wajahnya.
Leoni menarik nafas tersenyum dengan gigi gemeretak membuat siapa saja yang mendengarnya jadi ikut ngilu dengan tangan yang mengepal kuat. Menekan emosinya mencoba sabar. Sadar sedang dalam situasi yang tidak kondusif untuk menendang seniornya itu.
"Udah dong Kak Bobi. Gue udah sopan nih." ucap Deka semanis mungkin tersenyum pada Bobi dan sedikit mencondongkan tubuhnya di samping pemuda itu. saat melihat ekspresi Leoni yang mulai mengeruh dan menahan emosinya. Perlu di ingat gadis itu masih labil walau tak separah kemarin.
"Jijik lo Ka! Jauh jauh lo dari gue." semprot Bobi mendorong Deka dan beranjak kebelakang Leoni memegangi pundak gadis itu yang sedari tadi berdiri di samping meja mereka.
Leoni jadi mendelik dan mencibir.
"Minggir lo bedua. Gue yang duduk." perintah Leoni menggedikkan bahunya menyingkirkan tangan Bobi dan menyuruh Deka berdiri.
"Ayo satu-persatu ambil kertas nama kedepan. Kalo udah dapet gak boleh ada yang tukeran ataupun protes sama nama kalian ya." Deka mengomando. Dengan suara dan senyum manisnya.
Leoni mencibir mendengar itu. Caper sekali mentang-mentang di kelompoknya kebantakan siswi.
Satu persatu peserta MOPD di hadapan mereka berdiri membangun barisan yang di atur oleh Bobi dan Deka. Sedangkan Leoni duduk di depan meja mengawasi para murid baru mengambil nama.
Tinggal sisa 3 orang Deka duduk di samping Leoni. Sampai di murid terakhir Leoni membelalakan mata melihat pemuda yang tadi pagi bersamanya ada di kelompoknya.
Pemuda itu mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum kecil lalu kembali setelah mengambil gulungan kertas kecil yang hanya tinggal satu di toples itu. Dia duduk kembali di tempatnya di barisan paling belakang.
Tanpa sadar mata Leoni terus mengikuti pemuda itu.
"KALIAN SUDAH DAPAT NAMA KALIAN MASING-MASINGKAN? TULIS DI KARTON YANG KAMI SURUH KALIAN BAWA KEMARIN. PAKE SPIDOL HITAM YA." Jinan mengomando menggunakan mik berdiri di depan, di tengah-tengah dengan semua mata tertuju padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Eighteen
Teen FictionLeoni si gadis pencak silat pemegang sabuk biru. Murid kelas 11 MIPA 2 di SMAN Nusantara dan dikenal oleh hampir seluruh murid Nusantara. Dia gadis yang suple dan meledak-ledak. Wartawannya mading sekolah. Sering juga bercokol di OSIS. Tapi dari itu...