"Jadi?" tanya Sharah berjalan di sisi kanan Leoni dan Yersa di sisi kirinya. Mencegat gadis itu yang baru sampai di koridor kelas 11.
"Jadi apanya?" Leoni balik bertanya.
"Ya keputusan lo apa? Gue kepo." ucap Yersa berjalan agak menyamping menatap Leoni gemas.
"Belom sempet gue pikirin." jawab Leoni datar.
"Kenapa? Lo masih kepi_"
"Woy dayang-dayang." celetuk sebuah suara di belakang mereka memotong perkataan Yersa membuat ketiga gadis itu menoleh serempak. Deka memandang ketinganya dengan sebal dan kedua tangannya di masukan kedalam kantong jaket hoodie yang ia pakai.
"Napa lo?" tanya Sharah mengerutkan keningnya heran.
"Ini jalan punya umum. Lo pada jalan ngabisin tempat. Berjejer kaya barisan ondel-ondel jemput penganten." kata Deka protes karena dia tak bisa melewati mereka yang jalan sambil ngobrol. "Kalo lo pada masih mau ngobrol. Mojok dulu kek, apa kek gitu." lanjutnya jadi ngedumel.
"KA." panggil seorang gadis tinggi kurus dengan ramput panjang lurus dan poni rata berlari kecil dari arah lapang upacara menghampiri Deka dan kerumunan yang sedang ia omeli. Ketiga gadis itu kembali kompak menoleh kesumber suara yang memanggil Deka.
"Lo tuh katanya nyuruh datang pagi. Jam segini lo baru dateng. Konsisten dong!" bentaknya kesal begitu ia sampai di depan pemuda itu.
"Sori deh. Gue kesiangan bangunnya." elak Deka menatap gadis yang jadi merenggut kesal di depannya itu. Sementara ketiga gadis yang langkahnya terhenti oleh Deka hanya melongo memandangi keduanya. Leoni diam-diam menipiskan bibirnya melirik keduanya bergantian.
"Weis. Ada apaan neh?" tanya Yersa menaik turunkan alisnya dengan senyum menggoda.
"Udah sana lo jalan lagi lanjutin ngobrolnya." usir Deka mengibas-ngibaskan tangannya yang kontan dapat sorakan dari ketiganya. Leoni bahkan menoyor kepala Deka dengan gemas.
Ketiganya kembali bergerak kompak berjalan meninggalkan Deka dan Lisa begitu saja.
"Le." panggil Deka saat gadis itu baru beberapa langkah meninggalkannya.
Leoni berbalik. "Apa?"
"Tangkep!" serunya sembari melemparkan ranselnya dengan sigap Leoni menangkap tas terbang Deka.
"Uhuw nice catching." seru Deka bersorak tersenyum puas. "Sori sekalian bawa kekelas. Gue ada urusan bentar." katanya lalu berbalik melangkah. Lisa yang jadi linglung menoleh kanan kiri ke Deka dan Leoni yang menggeram kesal.
Gadis kurus itu mengerjap menyadarkan diri dari ketertegunananya. Lisa tak pernah tahu kalau hubungan Leoni dan Deka seabsur itu.
"Gue duluan ya." pamit Lisa melambaikan tangan kecil pada Leoni lalu pergi mengikuti Deka.
"Dia udah tau soal lo sama kak Jinan?" tanya Sharah kembali berjalan di ikuti kedua temannya.
"Udah. Semalem dateng ke rumah."
"Si Deka? Ngapain?" tanya Yersa agak meninggikan suaranya.
"Mampir. Pulang dari latihan dance katanya." jawab Leoni jujur. Berjalan sembari memangku tas Deka.
"Terus kak Jinan ada ngabarin lo?" tanya Yersa sedikit berbisik mengerutkan keningnya. Tampak jelas gadis itu mencemaskan Leoni yang tak boleh terlalu banyak tekanan.
Leoni tanpa sadar tersenyum geli. Tak menyangka teman-temannya begitu peduli dan kepo tentangnya.
"Kenapa lo malah ketawa? Gue nanya!" kata Yersa gemas sendiri merasa di tertawai.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Eighteen
Teen FictionLeoni si gadis pencak silat pemegang sabuk biru. Murid kelas 11 MIPA 2 di SMAN Nusantara dan dikenal oleh hampir seluruh murid Nusantara. Dia gadis yang suple dan meledak-ledak. Wartawannya mading sekolah. Sering juga bercokol di OSIS. Tapi dari itu...