Deka masih duduk di ruang TV Leoni. Menonton acara talkshow tertawa sendirian. Sedangkan Yersa dan Sharah sudah pulang sebelum gelap.
"Anterin gue kuy. Sekalian lo pulang." ucap Leoni keluar dari kamarnya sudah siap dengan baju pangsi, hoody biru langit kesayangannya juga tas sport slempang menyampir di pundaknya. Malam minggu adalah jadwal dia latihan pencak silat sebagai murid.
"Masih lama Le." kata Deka melirik sesaat Leoni lalu kembali menonton TV.
"Gue Sholat Isanya di sana. Kalo di sini nanti kemaleman datangnya. Yuk." ajak Leoni lagi berjalan keluar tanpa menunggu jawaban dari Deka. Memakai sepatunya sembari menunggu Deka keluar.
"Kunciin dong sekalian." pinta Leoni meringis menyipitkan matanya saat melihat Deka keluar dari rumahnya. Deka mendecak tapi tetap menurut. Lalu menaruh kuncinya di bawah pot bunga di samping pilar sebelah kanan. Saking seringnya dia di rumah Leoni sudah tahu kebiasaan yang punya rumah.
***
"Ngapaiiiinn?" tanya Leoni saat keluar dari sanggar melihat Deka masih ada duduk di depan sanggar.
"Nungguiiinn.." jawabnya meniru nada bicara Leoni. Lalu berdiri menghampiri Leoni.
"Udah malem juga. Kenapa gak pulang?" tanya Leoni.
"Kan gue nungguin elo. Emang lo mau pulang sama siapa? Gak boleh gue tungguin?"
"Ciee... Kak Oni di jemput pacal."
"Cieee... Kak Oni Cieee..."
"Aseekk. Kak Oni di jemput pacar." goda junior silat Leoni yang kebetulan keluar setelah dia.
"Siapa bilang dia pacar. Sana pulang!" usir Leoni mengibaskan tangannya. Galak. "Hati-hati. Awas jangan keluyuran dulu!"
"Iya. Kakak!" jawab mereka serempak dengan malas. Sepertinya sudah bosan di omelin Leoni setiap pulang dari sanggar.
"Tuh kan. Disini tuh pada gitu anak-anaknya. Norak!" kata Leoni jadi menyalahkan Deka yang mengangkat sebelah alisnya. Memang Deka baru kali ini menunggui Leoni sampai selesai biasanya hanya mengantar saja.
"Dah lah ayo pulang. Lo biasanya juga cuek di godain gitu sama gue." kata Deka santai berjalan lebih dulu di ikuti Leoni.
'Karena gue udah gak kaya dulu. Hati gue goyah! Ngerti gak sih!' Gerutu Leoni dalam hati misuh-misuh tanpa suara di belakang Deka.
Tanpa Leoni tahu Deka mengulum bibirnya menahan senyum. Menyadari wajah Leoni yang memerah.
***
Pertandingan Basket di mulai jam 4 sore. Nusantara jadi peserta terakhir di babak penyisihan pertama. Kali ini Leoni yang berkeliling sendirian memotret para pemain basket juga cheers yang bersorak sorai memimpin penonton untuk memberi dukungan pada tim yang akan bertanding.
Deka bilang tak bisa datang karena syuting yang kemarin sempat di tunda. Esther tidak bisa datang juga karena sakit. Chandra di depan penonton merekam pertandingan bersama Ola. Dan Yudhis, Leoni tugasin motret papan skor yang kemarin itu tugasnya.
Yoyo, Bobi dan Rudy sudah bersorak sorai semangat di barisan tengah penonton sedangkan Jinan hanya ikut-ikutan berangkulan serong kanan serong kiri.
Leoni tertawa geli melihat mereka lalu mengangkat kameranya memotret mereka yang tersenyum riang.
Leoni melambaikan tangan menarik perhatian mereka disisi lapangan. Menunjuk kameranya mengisyaratkan akan memotret mereka. Para kakak kelasnyapun dengan semangat berpose. Dengan pose masing-masing dari yang bar-bar kocak sampai sok cool. Leoni tertawa melihat mereka. Lalu mengacungkan kameranya mengabadikan momen mereka. Lalu tertawa kecil menihat hasilnya. Leoni mengacungkan jempol kearah mereka. Mengisyaratkan fotonya bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Eighteen
Teen FictionLeoni si gadis pencak silat pemegang sabuk biru. Murid kelas 11 MIPA 2 di SMAN Nusantara dan dikenal oleh hampir seluruh murid Nusantara. Dia gadis yang suple dan meledak-ledak. Wartawannya mading sekolah. Sering juga bercokol di OSIS. Tapi dari itu...