18

27 5 1
                                    


"Mau pulang jam berapa?" tanya Deka bersandar ke dinding. Duduk lesehan di bawah, di samping meja Leoni yang sedang mengerjakan bahan untuk di tempel di mading besok.

"Gimana beresnya aja. Tapi gak bakal lewat dari jam 4. Kenapa?" tanya Leoni tanpa menoleh. Masih fokus pada notebooknya. Mengatur foto serah-terima jabatan OSIS.

"Adek gue kerja kelompok jadi gue pulang sendiri."

"Terus?" Leoni melirik pemuda itu sekilas.

"Ya kalo lo mau bareng, gue tungguin." jawab Deka menegakkan duduknya bersila mendongak menatap Leoni. "Di jemput gak?"

"Gak tau. Belum ada kabar."

"Yang lain pada kemana kok sepi?" tanya Deka menoleh ke ruang siaran yang biasanya di isi oleh Nayla atau Luna anak IPA 5 yang kembali bergabung setelah sebelumnya berbelot ke teater.

"Nayla ada urusan katanya jadi pas bubar langsung pulang. Luna izin gak tau mau kemana."

"Yang lainnya?"

"Kelas 1 sibuk banget kayanya. Si Ola juga kerja kelompok."

"Pas. Lo gak izin sekalin?" tanya Deka pada Pasya yang tak mengeluarkan suara dari tadi sibuk ngetik di meja samping Leoni.

"Kenapa? Lo mau berduan sama ketua gue?" tanya Pasya acuh, tak menoleh sama sekali.

"Ya gak gitu ege." semprot Deka agak salah tingkah, mendongakkan kepalanya mendelik pada Pasya. "Abisnya lo ada tapi kaya gak ada. Diem mulu nimbrung kek kita ngobrol tuh." katanya meracau sekenanya.

"Nimbrung apaan? Nanya lo mau pulang sama gue gituh?" tanya Pasya melirik Deka sesaat.

"Tuh anak kenapa sih sensian amat?" tanya Deka pada Leoni yang hanya mengedikkan bahunya acuh.

"Hadeuh... Gue kaya salah ada di sini." gerutu Deka beranjak dari duduknya dan berjalan ke ruang siaran.

"Mau apa?" tanya Leoni mengikuti Deka dengan tatapannya.

"Sepi Le. Nyalain lagu kek." katanya santai memasuki ruang siaran. Leoni hanya menggeleng kecil tak banyak peduli. Kembali fokus pada kerjaannya.

"Le gue lagi ngeprint semua udah beres. Cek ya nanti kalo printingnya beres. Tuh anak jangan sering-sering main kesini pas yang punya radio gak ada lah. Pusing gue. Terakhir dia masuk setingan audio mixer ada yang ngaco." gerutu Pasya segera beranjak dari duduknya menghampiri Deka yang celangak-celinguk entah nyari apa.

Leoni hanya bengong mendengar gerutuan Pasya.

"Bener kata Deka. Pasya lagi PMS." gumamnya bicara pada diri sendiri sembari memperhatikan dua orang itu yang jadi sewot-sewotan tak santai. Pasya sudah menekuk keruh wajahnya sedangkan Deka mendelik sebal.

Gadis itu menghela nafasnya menggeleng kecil sekali lagi kembali ke notebooknya.



Leoni mengetuk kaca ruang siaran membuat yang ada di dalam menoleh serempak.

"Gue ke mushola dulu." pamit Leoni menunjuk pada jam digital di dinding ruangan itu yang menunjukkan pukul 15:35. Dibalas anggukan oleh keduanya walau tak bisa mendengar apa yang gadis itu ucapkan tapi mereka mengerti apa yang di maksud Leoni.


"Kenapa lo gak nembak-nembak?"

"Heh?" Deka melongo. "Nembak? Apa?" tanyanya bingung tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba Pasya bertanya begitu.

"Bukan apa. Siapa!"

"Ya elo kucluk-kucluk nyeplosnya aneh."

Pasya mengeryit dengan kata aneh yang keluar dari mulut Deka.

My EighteenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang