"Malu gak sih? 2 hari gak teguran terus baikan. Berantemnya depan orang lagi." gerutu Leoni, dengan wajah yang lurus memandang kedepan tanpa menoleh pada Deka yang berjalan di sampingnya.
"Malu lah." jawab Deka dengan cara yang sama tanpa menoleh.
"Elo sih pake acara teriak segala." ucap Leoni menyalahkan.
"Elo yang mancing ya!" serunya pelan menoleh pada gadis itu yang juga mendelik padanya.
"Ciee... Akuur!" seru Yersa yang baru keluar dari parkiran motor. Tertawa senang menghampiri keduanya. "Gini dong baikan. Kan gue jadi seneng liatnya." katanya memeluk lengan Leoni berjalan di samping mereka.
Leoni tertawa di paksakan menoleh pada gadis yang memeluk lengannya tersenyum ceria memamerkan giginya. Khas Yersa Reveliz.
Leoni mendecak berhenti di koridor IPS samping tangga menatap lapangan basket yang sekarang selalu di penuhi oleh anggota basket asli.
"Semenjak SAC gue gak bisa lagi main basket. Mereka rajin banget latihan." kata Leoni memandang lapangan basket. "Gue kan kangen maen sama kak Yoyo." celetuknya.
"Apa Le?" tanya Deka mendelik.
Leoni menoleh "Engga." Leoni menggeleng kuat.
"Lo barusan kangen siapa?" tanya Deka sok sinis. Nyebelin banget!
"Kangen main basket." jawab Leoni cepat. Memasang wajah cueknya.
"Dah sana main. Ada si Jaka kan. Sana." Deka mendorong lengan Leoni.
"Dih sok ngambek. Nyebelin!" Leoni mendorong pipi Deka pelan tertawa geli.
"STOP!" teriak Yersa mengangkat kedua tangannya membuat Leoni dan Deka menoleh serempak. Bukan cuma mereka berdua tapi beberapa orang yang ada di koridor juga berhenti dan menoleh. Sesaat kemudian kembali melanjutkan aktifitas masing-masing karena bukan mereka yang di suruh berhenti oleh Yersa.
"Stop." ulang Yersa pelan. Merasa ada yang tidak beres dengan keduanya. Dia agak bingung mau bicara apa, menggeruk keningnya tak gatal. "Ada yang gue gak tau?" tanyanya menatap keduanya bergantian.
"Lo berdua pacaran?!" seru Yersa langsung dapat serangan dari Leoni yang membekap mulut Yersa dengan tangannya panik. Tingkah mereka kembali menarik perhatian orang di sekitarnya.
"Enggak!" sangkal Leoni masih membungkam mulut Yersa. "Gak usah teriak kenapa sih?!" bisik Leoni gemas.
Yersa berontak. Terengah melepaskan diri. "Gue kaget! Gak mungkin gak ada apa-apa abis beranten diem-dieman." kata Yersa berteori.
"Dan elo." katanya menunjuk Leoni. "Elo biasanya noyor dia. Bukan nyolek manja kaya gini." lanjutnya mendorong pipi Leoni pelan. Memperagakan yang di lakukan Leoni pada Deka.
"Siapa yang nyolek manja?" gemas Leoni mengatupkan giginya dengan wajah yang bersemu.
"Gak pacaran Yer. Ngiket janji aja." jawab Deka santai merankul bahu Leoni.
Yersa berseru menutup mulutnya sendiri yang ternganga lebay dengan mata membulat. Leoni segera menepis tangan Deka menyikut pinggang pemuda itu kesal dengan wajah yang samakin bersemu.
"Janji apa? Janji suci Rafi dan Gigi?" tanya Yersa menggoda dengan mata berbinar.
"Apa sih. Norak banget." gerutu Leoni mendelik dengan wajah yang semakin memerah.
"Cie elah. Wajahnya merah gitu." goda Yersa lagi tergelak memegangi perutnya. Merasa lucu dengan raut Leoni yang mengkerut malu. Tak pernah Yersa melihat Leoni yang bersemu malu seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Eighteen
Teen FictionLeoni si gadis pencak silat pemegang sabuk biru. Murid kelas 11 MIPA 2 di SMAN Nusantara dan dikenal oleh hampir seluruh murid Nusantara. Dia gadis yang suple dan meledak-ledak. Wartawannya mading sekolah. Sering juga bercokol di OSIS. Tapi dari itu...