My Eighteen

59

12 tahun kemudian

Setelah 1 tahun kepindahan Leoni ke Korea. Ibu dan Ayahnya memutuskan untuk rujuk setelah 12 tahun berpisah dan Ibunya juga tinggal kembali di Korea.

Ibu Leoni memutuskan untuk menerima kembali Ayahnya. Setelah beberapa kali menolak tawaran Ayahnya untuk rujuk. Sampai suatu hari Nenek Leoni mendatanginya langsung ke Indonesia. Dia dengan sungguh-sungguh menyesal atas sikapnya dahulu pada Ibu Leoni.

Hari itu mereka menangis bersama. Wanita rentan itu menunduk meminta maaf, menyesali perbuatannya dulu yang selalu menyakiti menantunya. Hati Ibu Leoni meluluh, memeluk tubuh rentan yang menunduk tersedu sambil terisak.

Ayahnya telah kembali menjadi mualaf 4 tahun sebelum dia bertemu kembali dengan Leoni. Di acara pernikahan Hendri. Dia memeluk agama Islam kembali atas kemauannya dan dengan sungguh-sungguh menjalaninya. Dia membuka Resto&Caffe Halal di daerah Itaewon yang dekat dengan Islamic Center atau lebih di kenal dengan Seoul Central Mosque.

Nenek Leoni yang dulu menentang kini mendukung sepenuhnya keputusan anak sulungnya itu. Tak lagi memaksa anaknya untuk meneruskan bisnis keluarganya. Dan membiarkan anaknya menjalani kehidupan yang dia mau. Tidak ingin melihat lagi anaknya hancur seperti saat dia di tinggalkan istri dan anak-anaknya dulu.

Leo memutuskan tetap tinggal di Indonesia. Dia sekarang telah menjadi seorang Ayah dari gadis cilik berusia 3 tahun bernama Lesya.

Tanpa di duga Yersa adalah Ibu dari anak kecil itu! Sahabatnya sendiri yang dulu sering bercanda mengincar Kakaknya.

Mereka menikah 7 tahun yang lalu. Tak ada yang menyangka tentang itu. Bahkan Leo dan Yersa merahasiakan hubungan mereka dari Leoni sampai hari lamaran tiba.

Sharah kini menjadi seorang Dokter umum di salah satu rumah sakit besar di pusat kota. Cita-citanya menjadi perawat di tentang kedua orang tuanya. Karena mereka merasa menjadi dokter lebih baik, bisa merawat sekaligus mengobati. Dan dia baru 6 bulan lalu menikah.

Sedangkan Leoni setelah lulus kuliah di jurusan Broadcasting dia beberapa kali melamar di statsiun penyiaran untuk menjadi seorang Jurnalis. Dan setelah gagal di beberapa statsiun akhirnya dia di terima di salah satu statsiun swasta yang cukup terkemuka.

Tapi dia hanya bertahan 5 bulan saja. Dia tak sanggup harus mengalami deskriminasi disana. Terlebih jamuan makan malam yang sudah menjadi tradisi disana. Mereka selalu makan di tempat yang tak ada satupun yang bisa Leoni makan. Minuman keras dan daging babi selalu menjadi pilihan mereka. Leoni tidak bisa menolak untuk tidak hadir disana karena dia yang notabennya anak baru. Dia juga selalu di suruh menuangkan minuman itu dan memanggang dagingnya. Itu yang membuatnya sulit untuk bertahan. Karena bertentangan dengan yang di ajarkan agamanya juga hati nuraninya. Jadi dia memutuskan untuk keluar.

Dia suka pekerjaannya tapi tidak dengan lingkungan kerjanya.

Akhirnya dia memutuskan untuk berkerja sementara di restoran Ayahnya. Ayah Leoni membuka cabang di Gyeonggi-do dan Leoni yang menjadi wakilnya mengurus restoran itu.

Berkat pemasaran yang di buat Leoni. Kini Resto&Caffe barunya berjalan lancar walau pengunjung tak sebanyak di Resto pusat. Keuntugannya merayap naik perlahan namun pasti. Karyawan mereka kebanyakan dari kalangan muslim. Ada juga beberapa pekerja tetap dan pekerja paruh waktu yang non muslim. Tak ada yang di bedakan. Semua karyawan di perlakukan sama rata.

1 tahun berselang setelah Leoni mengurus Resto. Tanpa sepengetahuan gadis itu. Leo iseng mengirimkan salah satu foto yang berkesan baginya untuk mengikuti ajang Fotografi internasional dengan tema Humanisme.

Foto anak kecil yang sedang bermain lumpur di sawah yang sedang di bajak. Dia tertawa bahagia saling melempar bola lumpur dengan teman-temannya. Di dukung nuansa sore dengan langit yang bersemburat kuning cantik. Leoni berniat mengambil momen bahagia itu. Tapi tanpa ia sadari seorang Ibu dengan kebaya khas Bali berjalan cepat dengan wajah mengeruh mengacungkan rotan ikut masuk dalam fremnya.