Bab 7 - Nadira Sam

290 6 0
                                    

Masih di kelas 42 tahun yang lalu ... .

"Sekarang tinggal kita rapikan catatan kita berdasarkan hasil diskusi kita tadi, ya. Okay?". Dira siap dengan spidol whiteboardnya dan berdiri di depan papan tulis.

Sambil menulis Dira membimbing Siswanya untuk mencatat hasil diskusi tadi. Pertama secara lisan Dira membimbing Siswanya untuk menulis catatannya sendiri. Setelah itu Dira menuliskannya di papan tulis sebagai contoh. Tulisannya sangat rapi. Itulah sosok Dira. Rapi.

Menjadi Guru memang harus serba rapi, dong. Ya, menjadi Guru adalah cita-cita Dira sejak kecil bukan karena tidak ada lapangan pekerjaan lain. Baginya menjadi Guru adalah kehidupannya.

Dengan cara yang sama, Dira membimbing Siswanya untuk menyelesaikan soal nomor dua. Namun melihat kelas tadi sangat antusias belajar, Dira akan mengubah rencana semula. Kini Dira mencoba menyerahkan kepada salah satu siswa untuk memimpin diskusi. Dira menawarkan kepada kelas siapa yang bersedia. Kelas hening. Dira bertanya lagi

"Ayo, siapa yang bersedia memimpin diskusi untuk membahas soal nomor dua? Masa' tidak ada? Tadi, kalian semua hebat, lho, bisa menyelesaikan sendiri soal itu," puji Dira.

Sam ingin maju tapi teman-teman sekelas sudah lebih dulu menunjuknya.

"Sam aja, Buu ..." beberapa Siswa berseru keras. Bu Dira memandang Sam.

"Anak ini?" tanya Bu Dira dalam hati.

Pucuk dicinta ulampun tiba. Sam maju.

"Saya coba ya, Bu," kata Sam sambil berjalan ke depan. Teman-teman bertepuk tangan.

"Ok, Sam. Silakan, Sam," Dira tersenyum lebar melihat kelas bersemangat dalam pembelajarannya. Setelah Sam berdiri di depan kelas, Dira berjalan ke belakang dan duduk di bangku Sam.

Dira kagum pada Sam. Belum pernah Nadira jumpai seorang Siswanya bisa memimpin diskusi sebagus Sam di depan kelas. Sam nampak lebih dewasa saat memimpin. Sam sangat sabar memberi penjelasan ketika ada temannya bertanya.

Tanya jawab di antara Siswa di kelas terasa sangat hidup. Bahkan kadang diselingi gelak tawa karena ternyata Sam mempunyai sifat humoris yang baik. Materinya pun tak ada yang salah. Dira mengamati Sam dan kelas dari duduknya di bangku Sam di belakang.

Diskusi pembahasan soal nomor dua sukses dipimpin Sam.

Penampilan Sam diakhiri dengan tepuk tangan riuh Siswa sekelas. Dira berdiri menatap Sam dan turut bertepuk tangan. Standing Applaus. Bangga pada Sam. Apalagi ketika Sam membalas semua tepuk tangan itu dengan membungkukkan badannya dan menekukkan lengan kanannya di depan ala pangeran kerajaan. Kelas bertambah riuh.

"Sam, kamu sudah menyelesaikan semua soal?" tanya Dira sambil berdiri dan berjalan menghampiri Sam di depan.

"Sudah, Bu,"

"Boleh ibu lihat?"

Sam mengambil bukunya lalu menyerahkannya pada Dira. Dira memeriksa pekerjaan Sam. Ia bertambah kagum karena yang dikerjakan Sam benar semua. Sempurna.

"Selain Sam, siapa lagi di antara kalian yang sudah menyelesaikan soal nomor satu dan empat?" tanya Dira pada kelas. Tidak ada satupun yang tunjuk tangan.

"Kapan kamu kerjakan soal itu, Sam?"

"Barusan, bu"

"Nah, gimana kalau Sam saja yang akan memberikan cloe penyelesaian soal nomor satu dan empat?"

Sam terkejut. Kelas setuju.

"Ayo, Sam, beritahu teman-temanmu,"

Tanpa terasa waktu belajar sudah selesai. Lima menit lagi pelajaran akan berakhir.

Tamu Menjelang MagribTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang