Sebelum jam 07.00 pagi Sam, Dira, Mang Suradi, dan Bi Ici sudah siap dengan perjalanannya masing-masing. Sam dan Dira akan berangkat menuju Jakarta sedangkan Mang Suradi dan Bi Ici akan menuju Rumah Jogjogan untuk melanjutkan pekerjaan yang belum selesai kemarin.
Setelah membantu Dira memasukkan koper kecilnya ke dalam bagasi, Sam membukakan pintu penumpang di depan untuk Dira.
Kendara Sam keluar lebih dahulu dari kendara yang dikemudikan Mang Suradi karena Mang Suradi harus menggembok kembali pintu gerbang. Arah perjalanan kedua kendara itu berlawanan.
Kendara Sam keluar dari gerbang berbelok ke arah kiri supaya lebih dekat menuju jalan Raya Puncak. Sedangkan kendara yang dikemudikan Mang Suradi keluar dari gerbang ke arah kanan itu lebih dekat ke arah Rumah Jogjogan, arah Curug Cilember.
Dira duduk dengan manis melihat pemandangan yang sudah sering dia lihat. Sam hanya senyum-senyum saja dari sejak berangkat tadi. Tak banyak perbincangan antara Sam dan Dira di awal perjalanan mereka. Tapi bukan Sam kalau dia tidak bisa mencairkan suasana yang kaku.
"Nadira Sam, ingat tidak waktu pertama kali kamu masuk kelasku, lalu aku datang terlambat?"
"Ingatlah," jawab Dir tanpa memandang Sam.
"Kok, kamu tidak tanya sih "kenapa aku terlambat"?"
"Maunya ditanya?" tanya Dira tersenyum.
"Guru lain biasanya begitu, "kenapa terlambat"?"
"Oooh ... aku Guru yang beda Sam," kata Dira
"Iya, beda. Sangat berbeda dari semua Guru yang aku kenal. Mulai dari Guru TK-ku, Guru SD-ku, Guru SMP-ku, bahkan Guru SMA-ku, sampai kuliah pun kamu beda dengan Dosen-ku" kata Sam.
"Segitu bedanya," kata Dira senyum tipis.
"Memang, kamu paling berbeda. Kamu satu-satunya Guru yang bisa bikin aku jatuh cinta sama kamu," kata Sam terkekeh.
"Itsss, mulai lagi, deh," kata Dira sambil membuang pandangannya melalui jendela kaca di samping kirinya.
Sam malah tertawa, mentertawakan wajah Dira yang merona.
"Tuh.. lihat di kaca deh, wajahmu merah,"
"Sam, sudah ah, jangan ngomongin kayak begitu lagi. Kita Cuma berdua lho di dalam mobil ini," kata Dira mengingatkan.
"Lha terus ngomongin apa dong?"
"Ya yang lain saja,"
"Ngomongin yang lain nantinya jadi ghibah,"
"Ya, nggaklah. Kalau ngomongin baik-baiknya orang lain boleh. Asal jangan ngomongin kejelekannya itu bisa jadi ghibah, fitnah malah. Naudzubillah,"
"Pekerjaanku? Proyekku,"
"Iya, itu saja,"
"Dunia yang berbeda antara pekerjaanmu dan pekerjaanku, Nadira Sam,"
"Ya tidak apa-apa. Justru perbedaan itu menjadikannya bagus,"
"O ya?"
"Coba kamu lihat Sam, bunga-bunga yang di pinggir jalan bentuknya dan warnanya kan berbeda-beda. Kalau semua sama, tidak ada lagi keindahannya,"
"O ya?"
'Ya, coba kamu lihat Sam, wajah orang kan beda-beda bentuk tubuh juga beda-beda. Kalau sama tidak ada daya tariknya,"
"O ya?"
"Dari tadi kok o-ya o-ya terus," kata Dira agak kesal.
Sam tertawa mentertawakan kekesalan Dira.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tamu Menjelang Magrib
RomanceKalau ada seribu orang yang kau kenal, maka akan ada seribu cerita berbeda tentang perjalanan hidup manusia. Termasuk perjalanan kisah cinta mereka. Kisah cinta dalam cerita ini salah satu dari yang seribu itu. Dikupas secara lembut dan detail "Tamu...