Bab 12 - Lahir Kembali

270 8 0
                                    


Ini adalah kali kedua Sam merasa seperti manusia terlahir kembali. Bersih. Suci. Ini adalah anugerah yang paling sempurna dalam hidup Sam. Sangat sempurna.

- -- ---

Sam berwudhu dengan air curug yang mengalir di sela bebatuan. Air super dingin. Sam sudah terbiasa dengan kondisi alam bebas seperti ini. Sejatinya Sam sejak remaja adalah seorang yang mempunyai hobi menjelajahi alam dan mentadabburi dengan caranya.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal.

Sam melihat jam tangannya, hampir jam tiga pagi. Masih cukup waktu untuk melakukan Shalat malam.

Sam akan Shalat Taubat, Shalat Hajat dan Shalat Tahajud lalu ditutup dengan shalat Witir sebelum akhirnya tiba waktu Subuh.

Angin dingin pegunungan yang berada di ketinggian 800 mdpl dan dikelilingi perbukitan serta hutan pinus merkusi membuat tubuh Sam menggigil. Sam tersenyum sendiri mengamati kelakuannya sepanjang tadi sejak berangkat dari villa sampai saat ini.

Paling konyol adalah saat ia mandi air terjun di tengah malam buta. Semoga tidak ada orang yang melihatnya. Saat itu Sam tidak berpikir bahwa dia bukan lagi anak muda yang tubuhnya masih kuat. Sam sudah 58 tahun! Sekarang hatinya lega tapi badannya linu-linu kedinginan. Saam... Sam...

Sam berjalan cepat meninggalkan area curug menuruni undakan batu. Kadang ia nyaris terpeleset karena batu yang dipijaknya licin dan sepatunya pun basah. 

Sam menuju Musholla kecil di dekat area perkemahan. Setelah itu ia akan segera kembali ke villa. Kalau Mang Suradi tak melihat mobilnya ada di halaman, pasti ia akan bingung dan panik mencari-cari keberadaannya karena tadi Sam tidak sempat memberitahu Mang Suradi.

Sam menegakkan Shalat malamnya sendirian. Tak ada siapa-siapa. Benar-benar sendiri di tengah rimbunnya hutan pinus! Untung Sam sudah biasa sendiri.

Bersyukur di Musholla itu ada beberapa sarung yang memang ditinggalkan di situ. Diambilnya dua buah sarung untuk menggantikan sementara celana dan kaosnya yang basah. Satu helai sarung dipakai sebagaimana orang laki bersarung. Satu helai lagi ia sampirkan lalu mengikat kedua ujungnya saja sekedar menutupi bahu dan badannya untuk menahan dinginnya angin.

Setelah semua yang Sam lakukan sepanjang dini hari tadi, entah Sam bisa mendapatkan hati wanita itu atau tidak Sam sudah tidak peduli. Sam yakin bahwa hidup dan matinya bukan karena wanita itu dan bukan untuk wanita itu.

Tapi ini kesempatan terakhir Sam untuk mencoba memulai lembaran baru hidupnya dalam sebuah cinta yang agung bersama wanita itu.

Bagi Sam, ia toh sudah mendapatkan anugerah yang sangat besar yaitu Hidayah dari Allah dalam hidupnya. Ia sangat bersyukur.

Apapun kini yang terjadi di hadapannya esok, Sam akan ikhlas seikhlas-ikhlasnya.

- -- ---

Sam jadi teringat bagaimana ia bisa mendapatkan Hidayah itu sehingga ia merasa seperti manusia yang terlahir kembali ke dunia dalam keadaan bersih dan suci.

- --- ---

Saat membuka kantor baru di Samarinda delapan tahun lalu, Sam mencari orang yang tepat untuk membantu pekerjaannya. Di antara semua pelamar, Sam tertarik pada seorang Insinyur muda berumur 28 tahun, Azzam Oktarian Putra.

Sam tidak keliru menerima Azzam. Azzam seorang yang berwajah selalu segar dan murah senyum. Lebih dari itu Azzam seorang yang sangat jujur, santun, tutur yang halus namun tegas serta cerdas. Sam menyukai kecekatan dan kecakapan Azzam dalam mengatasi masalah kantor. Lama kelamaan Azzam menjadi orang kepercayaan Sam.

Tamu Menjelang MagribTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang