Sam memarkirkan Jeepnya dekat pintu masuk area Curug Cilember. Hanya bercelana panjang lapangan dan kaos lengan panjang berkerah Sam lalu turun. Kunci mobil dan handphone ia simpan dalam kantong kedap air yang ia punya. Lalu disimpan di saku celananya.
Dibangunkannya pelan petugas jaga yang tidur meringkuk berselimut sarung di bangku panjang. Suasana benar-benar sepi. Senyap. Petugas itu terkejut dan melompat bangun. Dikucek-kucek matanya. Dilihatnya jam dinding yang ada di atas pintu masuk pos jaga. Jam 01.30 lewat.
Ia heran ada orang yang datang di jam seperti ini. Sedangkan tidak ada rombongan atau orang yang berkemah. Sepasang villa di depan curug juga kosong tidak ada yang sewa.. Ah, tapi ya kadang-kadang ada saja kok orang yang datang di tengah malam. Biasanya Pecinta Alam.
Setelah Sam mendapat ijin dari petugas jaga ia lalu menitipkan Jeepnya. Di bawah gapura masuk tampak Sam menundukkan wajahnya. Kedua tangannya diangkat sejajar pundak dan kedua telapak tangan Sam dihadapkan ke arah wajahnya. Dengan ikhlas Sam berdoa,
"Ya Allah,
Ya Rabb Pemilik tujuh lapis langit dan apa yang dinaunginya,
Rabb tujuh lapis bumi dan apa yang dikandungnya,
Rabb para syetan dan apa yang disesatkannya, dan
Rabb angin dan apa yang dihembuskannya.
Aku mohon kepada-MU, ya Allah, kebaikan dari daerah ini,
kebaikan penduduknya, serta kebaikan yang ada di dalamnya.
Ya Allah,
Aku mohon kepada-MU perlindungan dari keburukan daerah ini,
keburukan penduduknya serta keburukan yang ada di dalamnya.
Ya Rabb bantu aku, tolong aku
untuk melepas sesak di dada
untuk menghilangkan sakit di ulu hati
karena rasa senang berlebih, karena cemas berlebih, karena harapan berlebih, dan juga karena rindu berlebih pada seseorang yang aku cinta kepadanya dari dulu".
Mata Sam hangat.
"Ya Allah, seharusnya hanya kepada-Mu-lah aku mempunyai rindu dan cinta yang lebih banyak bukan kepada yang lain.
Rabb, ampuni aku.
Ya Rabb, terus menerus berilah aku bimbingan dan petunjuk-Mu supaya langkahku benar menurut-Mu.
Jangan Kau tinggalkan aku, Ya Rabb.
Aamiin".
"Bismillaahirrahmaannirahiim".
Lalu kedua telapak tangannya diusapkan ke wajahnya. Lama Sam menutup wajahnya. Sam menarik nafas dalam-dalam menghembuskannya pelan-pelan, beberapa kali.
Mantap Sam bergegas menapaki jalan setapak berundak dan berkelok yang kiri kanan dan atasnya rapat dengan tanaman. Sesekali dinyalakan senter kecil. Sam berjalan dengan langkah yang nampak sudah terbiasa dengan medan jalan seperti itu.
Sampai di Kubah Taman Konservasi Kupu-Kupu Sam terus berjalan semakin cepat menapaki jalan berundak yang memang sudah dibangun untuk kepentingan wisata. Jadi, disini Sam pun tidak menemui kesulitan sama sekali.
Usia Sam menjelang enam puluh tahun tetap saja bukan usia muda untuk bisa dengan lebih cepat tiba di curug. Bongkahan batu-batu cukup besar dan kadang tidak teratur seringkali menyulitkan Sam berjalan. Terjalnya anak undakan juga cukup meletihkan pahanya. Tapi itu tak menyurutkan tekad Sam untuk segera tiba di Curug 7.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tamu Menjelang Magrib
RomanceKalau ada seribu orang yang kau kenal, maka akan ada seribu cerita berbeda tentang perjalanan hidup manusia. Termasuk perjalanan kisah cinta mereka. Kisah cinta dalam cerita ini salah satu dari yang seribu itu. Dikupas secara lembut dan detail "Tamu...