Di ruangan sebelah dari bangunan khusus pertemuan sebuah kawasan cottage di tepi pantai utara Jakarta juga sedang terjadi keriuhan dan kegembiraan.
"Papi, pakai jasnya dong, Pi!" kata Jenny yang sedikit kesal karena Sam tidak mau memakai jasnya. Padahal jas dan dasi sudah disiapkan oleh Jenny. Akhirnya jas dan dasi tidak dipakai namun tetap dibawa oleh Jenny.
"Makan siang saja Papi harus pakai jas. Kalian semua cuma pakai kemeja Batik. Kenapa harus Papi beda sendiri, sih? Aneh-aneh saja!" protes Sam kesal.
Sejak di rumah, Sam memang sudah protes terus, karena ulah Jenny yang memaksa Papinya untuk pakai kemeja polos warna biru muda padahal Sam maunya pakai kemeja Batik seperti Thomas.
"Lepas, Pi! Papi pakai kemeja biru ini. Jenny sudah setrika kemeja ini pakai parfum lagi," kata Jenny tersenyum sambil mencium kemeja Sam dan memaksa Sam melepas kemeja Batiknya untuk menggantinya dengan kemeja polos. Dengan bersungut Sam akhirnya menyerah.
Sekarang, di ruang ini, Sam dipaksa lagi menggunakan jas dan dasinya oleh Jenny.
"Boy, kasih tahu Mami kamu ini, jangan aneh-aneh sama Opa," perintah Sam pada Boy anak Jenny. Yang diperintah cuma senyum-senyum saja memandang laut dari depan pintu kaca.
"Opa nggak usah protes, deh. Kasihan Mamie dari kemarin-kemarin sudah sibuk saja mencari kemeja, dasi sama jas untuk Opa," kata Boy tak melepas pandangannya ke luar.
"Siapa suruh? Opa kan tidak menyuruh Mamie beli-beli kok," seru Sam kesal.
"Ya, Pi, tapi Jenny sudah lama sekali ingin membelikan kemeja dan jas untuk Papi," kata Thomas.
"Ya, bolehlah, tapi ya tidak harus dipakai sekarang, kan?" seru Sam.
"Ya, harus dipakai sekarang. 'Kan dibeli untuk hari ini. Sengaja," kata Jenny nyaris terlepas bicaranya.
Tak lama pintu terbuka, dan Sam yang sedang kesal langsung terkejut sekaligus senang melihat serombongan cucu-cucunya Jonathan, Manda, Jessica anak-anak dari Jeremy dan istrinya Monika, lalu ada Martha anak dari Daniel dan Sisca, serentak masuk dengan suara riuhnya khas anak-anak, diikuti oleh para orang tua mereka dan yang terakhir masuk adalah Dona dan Benny, Dona sedang hamil enam bulan.
"Eeeeee.... Ini kok tumben...! Kalian semua janjian, yaa?" Sam memeluk dan menciumi semua cucunya satu persatu, anak-anaknya dan menantunya. Mereka semua saling berpelukan. Suaranya sangat riuh ramai sekali karena mereka bertemu paling-paling saat Natal saja, setahun sekali.
"Kejutan buat Papi dari kita semua, Pi," kata Dona.
"Kangen kumpul-kumpul," kata Sisca.
"Kalau tidak dipaksa kumpul, ya nggak bisa kumpul," kata Monika.
Nampak di depan pintu kaca Jeremy, Thomas, Daniel dan Benny sedang mengobrol. Jeremy membuka ponselnya dan menelpon seseorang.
Anak-anak memang paling sulit diatur, mereka terus saja asik memandangi lautan lepas sambil berceloteh. Berisik. Berteriak. Semua gembira.
Suara Adzan terdengar lembut dari sound. Jenny menyuruh semuanya untuk diam. Sam dan Benny yang sudah berwudhu sejak sebelum memasuki ruangan ini, langsung bersiap untuk melakukan shalat berjamaah. Jenny sudah menyiapkan dua buah sajadah di sudut ruangan. Kali ini Benny yang menjadi Imam Shalat.
Selama keduanya menunaikan Shalat, keluarga Sam semuanya tenang.
Selesai keduanya shalat dan berdoa, suasana ruang kembali seperti semula. Riuh!
- --- ---
"Anak-anak, coba lihat sini deh, ada yang bagus nih!" seru Jenny kepada anak-anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tamu Menjelang Magrib
RomanceKalau ada seribu orang yang kau kenal, maka akan ada seribu cerita berbeda tentang perjalanan hidup manusia. Termasuk perjalanan kisah cinta mereka. Kisah cinta dalam cerita ini salah satu dari yang seribu itu. Dikupas secara lembut dan detail "Tamu...