Bab 17 - Dari RS Ke Pesantren

293 10 0
                                    


Tadi pagi, setelah pagi yang heboh dan urusan villa sudah rapi, Mang Suradi pergi ke rumah sakit untuk menjemput Ibu Sepuh. Mang Suradi memparkirkan mobilnya di halaman rumah sakit yang masih longgar karena memang bukan jam kunjungan. Berjalan di koridor akhirnya sampailah Mng Suradi di kamar Ibu Sepuh.

"Assalamu'alaikum, ibu Sepuh," salam Mang Suradi ketika baru saja masuk ke ruang perawatan Ibu Sepuh di Rumah Sakit. Ibu Sepuh sedang duduk di kursi dekat jendela yang terbuka. Di tempat tidur ada tas pakaiannya yang akan dibawa pulang. Hari ini Ibu Sepuh sudah boleh pulang. Dokter menyatakan Ibu sudah sehat dan beristirahat di rumah. Ibu hanya kecapekan saja.

Hawa segar masuk memenuhi ruangan melalui jendela yang terbuka lebar. Ibu Sepuh nampak lebih segar dibanding ketika hari pertama dirawat. Penuh rasa takzim Mang Suradi mencium punggung tangan Ibu Sepuh. Ici sedang mengurus administrasi pulang Ibu Sepuh.

"Ibu sudah siap rupanya," kata Mang Suradi.

"Iya, Mang, lebih enak istirahat di rumah saja,"

"Betul, bu,"

"Kata Ici, ada tamu di villa, ya Mang?"

"Iya, bu, baru semalam. Pak Sam namanya. Sendirian,"

"Nggak sama keluarga?"

"Kata Pak Sam sih keluarganya mau menyusul, Bu."

"Berapa malam rencananya?"

"Bilangnya dua atau tiga minggu. Mungkin juga bisa lebih dari sebulan. Lagi ada pekerjaan banyak disini,"

"Oo..,"

"Bisa, Bu, selama itu?"

"Ya, kalau memang tidak ada tamu yang sudah terlanjur pesan, ya nggak pa-pa, Mang. Namanya juga tamu. Selagi kita bisa melayani, ya dipersilakan saja. Alhamdulillah rezeki, Mang," kata Ibu Sepuh tersenyum.

"Nanti Mamang periksa saja buku catatan pemesanan villa," kata Ibu Sepuh lagi.

"Iya, Bu. Mamang sudah periksa kok. Kosong, Bu. Belum ada yang pesan sama sekali,"

"O, kalau begitu, silakan saja. Sepuasnya Pak Sam mau pakai,"

"Tapi, Pak Sam belum kasih uang muka, Bu. "

"Nggak pa-pa, Mang. Biasa juga begitu kan? Ada yang bayarnya pas mau pulang. Ada yang kasih uang muka dulu. Macam-macamlah. Kita percaya saja, Mang. Ikhlas saja,"

"Iya, Bu,"

Nah, itu Ici sudah selesai.

"Sudah beres, Neng Ici Bidadari Akang?" tanya Mang Suradi ke istrinya.

"Beres Akang Ganteng,"

"Gimana, Ibu, kita pulang sekarang?" lanjut Ici.

"Ayo," kata Ibu Sepuh.

Mang Suradi membawakan tas pakaian Ibu Sepuh dan berjalan lebih dulu ke mobil. Mobil sekarang berjalan pelan menuju Pesantren.

"Ibu jadi pulang ke Pesantren 'kan?" tanya Ici.

"Iya. Ibu ingin istirahat di Pesantren. Kangen sama anak-anak Santri. Gimana, Syukur udah baikan bekas jatuhnya kemarin?"

"Sepertinya sudah, Bu. Sudah main lagi. Layangaaaan terus. Dasar bocah, Bu. Disuruh istirahat malah nggak betah diam." jelas Mang Suradi tertawa kecil sambil geleng-geleng kepala.

"Anak itu kuat, Mang. Tahan banting. Hehehe... " kata Ibu Sepuh terkekeh..

Syukur, anak angkat Ibu Sepuh. Sekarang umurnya 8 tahun. Ibu Ibu Sepuh menemukan bocah itu di pasar. Sekitar enam tahun yang lalu, sendirian sedang menangis memanggil Ibunya. Mungkin anak hilang atau sengaja ditinggal.

Tamu Menjelang MagribTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang