Bab 21 - Terluka

374 7 0
                                    


Suatu Magrib pada tahun itu

Adzan sedang berkumandang ketika Dira baru saja tiba di rumah dari sekolah. Jalanan yang macet membuat tubuhnya terasa sangat letih

"Assalamu'alaikum, Mama," sapa Dira mencium punggung tangan Mamanya.

"Wa'alaikumsalam sayangku. Dira, selesai makan malam, Mama mau bicara, ya"

"Ada apa, Ma?"

"Nanti saja," kata Mamanya. Pasti tentang itu lagi. Pernikahan. Aduuuh, Dira malas membahasnya.

Selesai merapikan meja makan dan mencuci perabotan bekas makan, Mama dan Papanya mengajak Dira bicara.

"Dira, kakak-kakakmu semua sudah menikah. Umurmu tahun ini 24 tahun. Kapan pacarmu itu mau melamarmu?" tanya Mama. Papa seperti biasa menjadi pendengar yang baik.

"Dira belum mau menikah sekarang, Ma. 24 tahun itu masih muda, Ma. Mungkin tiga atau empat tahun lagi, deh."

"Astaghfirullah. Lama betul. Kamu pacaran sudah lama, lho. Apa kamu mau selamanya hanya pacaran saja? Seharusnya Mama dulu melarangmu pacaran, ya. Tiga bulan perkenalan langsung menikah".

"Ma, Mas Heri juga belum mengajak menikah, kok," kata Dira

"Masa' sih. Mas Heri mu itu 'kan sudah bekerja. Jabatan juga lumayan bagus. Rumah dan mobil sudah punya walaupun semua masih punya dinas. Apa lagi?"

"Ya terus kenapa,Ma? Mas Heri juga belum pernah ngomongin tentang nikah, Ma, apalagi mengajak,"

"Kamu saja kali, Dira, yang selalu menghindar,"

"Nggaklah, Ma. Tapi masa' harus Dira lebih dulu sih yang mengajak menikah?"

"Paling tidak, kamu singgung-singgunglah," kata Mama lagi.

"Ma, kalau Dira putus saja dengan Mas Heri bagaimana, Ma?" lanjut Dira.

Pertanyaan Dira langsung membuat Mamanya sangat terkejut. Papanya cuma memandang Dira saja.

"Hah!? Bertahun-tahun kamu pacaran, terus ingin putus. Sekarang ini kita sedang membicarakan pernikahan kok malah mau putus. Bagaimana sih jalan pikiranmu?" kata Mama kaget.

"Ma, makin lama perasaan Dira ke Mas Heri makin jauh, Ma,"

"Maksudmu?" tanya Mama kaget.

"Iya, Dira ingin putus."

"Dulu kamu yang minta Mama sama Papa untuk merestui kalian pacaran. Lalu kami merestui. Sekarang kamu juga yang ingin putus. Mama bingung deh, Dira. Pacaran itu bukan untuk mainan, lho"

"Betul, Ma. Dulu Mas Heri yang bilang duluan kalau dia suka sama Dira. Lalu Dira tanya Mama dan Papa boleh atau tidak Dira pacaran sama Mas Dira dan Mama-Papa mengijinkan dan merestui. Ma, Dira tidak penah menganggap pacaran itu mainan, Ma. Tapi setelah Dira jalani, makin lama Dira merasa ragu saja kalau harus menikah dengan Mas Heri,"

"Lalu apa alasanmu mau putus?" tanya Mama lagi

"Dira tidak tahu, Ma,"

"Pa, gimana ini anakmu. Pacaran sudah empat tahun kok malah mau diputusin. Alasannya ragu. Lha waktu pertama dulu bagaimana bisa memutuskan mau pacaran, ya" kata Mama ke Papa. Papa cuma mendengarkan saja.

"Papa, gimana pendapat Papa?" tanya Mama lagi.

"Dira sudah pikir matang-matang mau putus dengan mas Heri-mu?" tanya Papa lembut.

"Sudah sering Dira pikirkan, Pa. Cuma rasanya kok ya itu, lebih baik Dira putus sama Mas Heri,"

"Sudahlah, mungkin pacarmu harus didesak untuk segera menikahimu. Mama tidak suka kalian pacaran lama-lama tapi tidak menikah dengan alasan yang tidak jelas," kata Mama.

Tamu Menjelang MagribTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang