"Oowh, itu apa tadi yang kalian bawa?!" tanya Sam sambil melihat penganan yang diletakkan Aulian tadi. Tangan kiri Sam masih merangkul Aulian yang tidak mau melepas pelukannya.
"Klappertaart!" seru Sam gembira tanpa sadar sambil dengan susah payah bertepuk tangan karena ada Aulian di pelukannya. Bertepuk tangan persis seperti anak-anak mendapat balon.
"Kak Halimah yang membuatnya," kata Aulian.
"Dibantu Umi dan Aulian juga" jawab Halimah tersenyum.
Merasa namanya disebut, Aulian menjawab
"Aulian cuma menghias atasnya saja, Eyang,"
Sam mengacungkan dua jempol untuk Halimah dan Aulian
"Sudah lama sekali Kakek ...."
"Eyang Kakung!," sela Aulian.
"O iya, Eyang Kakung. Maaf," Sam tersenyum pada bocah kecil yang suka ngambek ini. Dicubitnya hidung anak kecil itu, gemas.
"Sudah lama sekali Eyang Kakung tidak makan Klappertaart. Ini luar biasa. Ini makanan kesukaan Eyang dari dulu. Kalian seperti tahu kerinduan Eyang pada Klappertaart," kata Sam jujur.
"In Syaa Allah. Semoga Kakek Sam suka," kata Halimah.
"Kak Halimah juga panggilnya harus Eyang Kakung," kata Aulian.
"Kenapa?" tanya Halimah bingung.
"Ya karena memang Eyang Kakung kita, kak," kata Aulian sambil memandang Kakaknya. Polos.
"Begitu ya" jawab Halimah. Aulian mengangguk.
"Ini makanan kesukaan Eyang Kakung dari dulu. Cuma setelah Eyang pindah ke Samarinda, Eyang tidak pernah makan lagi. Eyang sering kangen sama makanan ini. Sekarang terobati sudah kangennya Eyang. Terima kasih ya Halimah. Terima kasih Aulian." kata Sam.
Halimah menyendokkan Klappertaart ke beberapa pisin yang sudah tersedia di meja tamu. Aulian membantu memberikannya kepada Eyang Kakung Sam, Abi dan Uminya.
"Silakan, Eyang," kata Aulian mempersilakan.
Sam memasukkan satu sendok Klappertaart ke mulutnya. Matanya mengerjap-kerjap. Menikmati kelezatannya.
"Masyaa Allah. Halimah, kau pandai sekali membuat Klappertaart. Ini rasanya pas betul. Lezat sekali." Sam mengacungkan jempolnya pada Halimah.
Sam sangat menikmati.
Azzam dan Ismi tersenyum lebar melihat interaksi antara Eyang Kakung Sam dan "cucu-cucu"nya.
"Alhamdulillah, Eyang. Waktu Eyang Putri kesini, Halimah diajari bikin Klappertaart.," jawab Halimah disambut tertawa bersama.
"Eyang Putrinya pasti senang masak juga, ya? Eyang boleh nambah lagi, nggak? Ini benar-benar lezat sekali," tanya Sam pada Halimah. Diserahkannya pisin yang sudah kosong ke Halimah.
Halimah mengambilkan lagi beberapa sendok Klappertaart ke pisin Sam.
"Sudah, sudah, cukup Halimah. Eyang masih harus menyisakan tempat di lambung Eyang untuk ikan bakar, nanti," Sam tertawa.
"Halimah, kau harus sering-sering buatkan Eyang Klappertaart, ya. Biar Abi yang bawa ke kantor atau kau antar ke rumah Eyang sambil main. Kau dan Aulian belum pernah main ke rumah Eyang, 'kan?"
Mereka mengobrol sambil menikmati Klappertaart buatan Halimah.
"Halimah juga mau jadi Guru, Yang, seperti Umi dan Eyang Putri," tiba-tiba Halimah berkata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tamu Menjelang Magrib
Roman d'amourKalau ada seribu orang yang kau kenal, maka akan ada seribu cerita berbeda tentang perjalanan hidup manusia. Termasuk perjalanan kisah cinta mereka. Kisah cinta dalam cerita ini salah satu dari yang seribu itu. Dikupas secara lembut dan detail "Tamu...