Bab 13 - Sam Kembali

276 8 0
                                    


Hampir dua tahun kemudian.

Suatu sore kantor sudah tutup. Semua karyawan sudah pulang. Hanya tinggal Azzam sendirian yang masih menghadapi laptopnya menyelesaikan pekerjaan yang belum rampung.

Pintu depan kantor sengaja tidak dikunci sehingga siapa pun dapat masuk. Di luar ada Pak Marzuki, Satpam yang menjaga.

TOK! TOK! TOK!

"Assalamu'alaikum, Pak Azzam Oktarian Putra," seseorang berwajah putih segar sambil tersenyum lebar berdiri di ambang pintu ruangan Azzam memberi salam. Di samping kakinya ada koper kecil berisi perlengkapan orang itu.

"Wa'alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh," jawab Azzam mengangkat wajahnya melihat tamu di hadapannya. Azzam tertegun.

"Masyaa Allah!! Subhanallah!! Allahu Akbar!! Pak Saaam!!" serunya gembira. Azzam bangkit dari duduknya bergegas menghampiri Sam.

Beberapa kali Azzam menciumi punggung tangan Sam sambil menangis. Azzam sangat rindu pada orang yang banyak memberi sentuhan berbeda dari sekedar seorang pimpinan di kantor. Lalu mereka berpelukan erat. Erat sekali. Melepas rindu setelah hampir dua tahun sama sekali tidak berhubungan. Putus kontak sama sekali!

Azzam langsung menghentikan pekerjaannya. Azzam mengajak Sam mengunjungi rumah mungil milik Pak Sam. Azzam membawakan koper Sam. Azzam membuatkan minuman kopi kesukaan Sam dan menaruh beberapa toples berisi penganan kering di meja teras rumah.

Sambil menunggu Azzam menyiapkan semua itu, Sam berjalan melihat-lihat rumahnya tampak lebih apik dan tambah asri selama ia tinggalkan. Dua tahun rumah ini dia tinggalkan.

"Pak Azzam, Bapak apakan rumah saya sampai tambah bagus seperti ini," Sam tersenyum senang.

"Maaf, Pak, setiap pagi Mas Teguh membuka semua jendela supaya ada pertukaran udara, barang-barang dilap, lantai disapu, dipel dan tanaman disiram. Sore hari jendela-jendela ditutup kembali dan tanaman kembali disiram. Sebulan sekali tanaman dirawat kalau perlu dipangkas atau diganti. Tirai dan sprei dicuci seminggu sekali walaupun tidak dipakai,"

"Siapa itu Mas Teguh?" tanya Sam.

"Karyawan kantor bagian kebersihan. Kebetulan tangan mas Teguh dingin, istilahnya begitu, setiap tanaman yang ditanam dan dirawat pasti tumbuh subur. Taman di depan kantor juga hasil karya mas Teguh." Azzam menjelaskan.

Sam dan Azzam bertukar kabar.

"Bagaimana kabar keluargamu, Pak Azzam? Betah ya di Samarinda,"

"Alhamdulillah kami semua sehat dan baik-baik saja. Sangat betah, Pak. Tiga bulan setelah Bapak pergi, Istri dan anak-anak saya boyong semua ke Samarinda. Kebetulan juga sudah ada Guru baru untuk menggantikan istri saya mengajar, Pak" kata Azzam.

"Kapan-kapan Pak Sam ada waktu, kami sekeluarga senang sekali kalau Bapak bisa datang ke rumah kami, Pak. Ada kamar tamu juga di rumah kami sehingga Bapak bisa menginap. Anak-anak pasti senang dikunjungi Kakek Sam-nya," kata Azzam yang membuat mereka berdua tertawa terbahak-bahak.

"A iya iya... Boleh-boleh.. kapan-kapan saya akan ke rumahmu dan saya akan tidur di rumahmu. Main sama cucu. Hahahaaaa... Asik juga, ya, saya bercucu dari Pak Azzam," tak hentinya mereka tertawa gembira. Lama tak jumpa pastilah banyak cerita.

"O, iya, besok kalau saya akan ke rumah Pak Azzam, saya akan kabari. Istri Pak Azzam pasti jago masak, tolong siapkan ikan mentah dan bumbunya, saya yang akan bakar," Sam tak henti-hentinya tertawa. Mereka sangat gembira dengan kepulangan Sam.

"Kalau tentang ikan, Pak, di rumah kami memelihara ikan, kita tinggal ambil," kata Azzam.

"O ya? Hebat Pak Azzam. Ada apa lagi di rumah Bapak?"

Tamu Menjelang MagribTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang