KATMTI - 14. Permintaan Mama

474 40 60
                                    

Selamat membaca dan semoga bermanfaat 🙏❤️

"Haruskah aku menuruti permintaan itu? Sedangkan permintaan itu berbanding terbalik dengan hatiku."

Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu

Laki-laki dengan jas putih itu masih setia duduk sambil memandangi rekam medis pasien yang tengah ditelitinya. Kedua matanya yang tajam menatap lekat-lekat satu per satu huruf yang tertulis di sana.

Kemudian sorot matanya menatap heran, mengulang kembali untuk memastikan. Namun, hasilnya memang benar apa yang tengah ia baca.

“Ada yang enggak beres ini. Aku harus pastikan sendiri,” gumam Dokter Fariz sambil melangkah pergi.

Kemeja berwarna biru melekat di tubuhnya, tidak ada jas putih di sana. Tujuannya bukan untuk mengecek pasien melainkan ingin meluruskan suatu hal.

Langkahnya menyusuri lorong-lorong rumah sakit, operan jaga sebenarnya sudah dimulai dari tadi. Tetapi Dokter Fariz ingin meluruskan suatu hal sehingga membuatnya belum ingin pulang dari rumah sakit ini.

Bangsal anggrek adalah tujuannya.

Ners, pasien bernama Ilham Arifianto berada di bed berapa?” tanya Dokter Fariz kepada seorang perawat yang jaga di bangsal itu.

“Pasien Ilham Arifianto ada di bed empat, Dok,” balas perawat itu.

“Terima kasih.” Perawat itu mengangguk sebagai balasan.

Dokter Fariz berjalan menuju bed empat, ia melihat seorang bapak yang usianya setengah baya itu tengah terbaring di ranjang.

“Selamat sore,” ucap Dokter Fariz sambil tersenyum sopan.

“Sore, Dok,” balas bapak seraya mengangguk.

“Mohon maaf apabila kedatangan saya menganggu. Kedatangan saya ke sini karena ingin meluruskan suatu hal tentang ucapan Bapak kepada saya dan murid saya,” ucap Dokter Fariz sopan.

Bapak itu mendongakkan kepalanya seperti terkejut dengan ucapan Dokter Fariz. Dokter itu juga menatapnya penuh selidik.

“Apa benar yang diucapkan oleh Bapak kepada murid saya dan saya berbeda?” tanya Dokter Fariz sambil menatap laki-laki setengah baya itu.

Bapak itu meneguk salivanya, pertanyaan Dokter Fariz membuatnya was-was.

“T—idak, Dok.” Suara Bapak itu gemetar membuat Dokter Fariz tersenyum tipis.

“Jadi sama ya?” tanya Dokter Fariz memastikan.

Sebenarnya Dokter Fariz merasa ada yang ganjil dengan follow up kemarin di tambah lagi ucapan Bapak itu sepertinya melebih-lebihkan membuatnya merasa ada yang tidak beres. Sekarang Dokter Fariz sudah tahu kebenarannya. Ia tersenyum manis.

“I—ya, Dok. Murid Dokter yang salah tidak bisa mengecek kondisi pasien,” gerutu Bapak itu, kesal.

Dokter Fariz tersenyum penuh arti, ia sudah tahu sebenarnya siapa yang salah di sini. Melihat rekam medis yang tadi dibaca bahwa Bapak ini melebih-lebihkan dan follow up Syanum benar.

Ia sudah mengecek semuanya, tetapi tenyata Bapak itu tidak mau mengakui kesalahannya.

“Saya mewakili murid saya meminta maaf atas kejadian kemarin, semoga tidak terulang kembali.”

Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang