Selamat membaca dan semoga bermanfaat 🙏❤️
"Aku tidak tahu akankah perahuku berlabuh pada pelabuhan impian atau terombang-ambing dalam pilihan bertahan dan meninggalkan."
Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu
"Apa yang bikin kamu enggak yakin sama Kahfi, Nak?"Pertanyaan dari bundanya membuat Syanum terdiam sejenak, malam ini Syanum, bunda, dan ayahnya melakukan video call. Karena wanita itu merasa membutuhkan saran dari kedua orang tuanya untuk menerima ataukah menolak Kahfi karena sudah lebih dari tiga hari Kahfi digantung tanpa kepastian.
"Sebetulnya bukan Syanum enggak yakin sama Kahfi, Bun, tetapi Syanum seorang dokter dan Kahfi kan juga seorang dokter. Nah, pasti kita sama-sama sibuk jadi takutnya kalau kita sudah menikah dan punya anak kita jarang ada waktu untuk bersama. Itu yang Syanum takutkan Yah, Bun. Menurut Bunda sama Ayah gimana?" tanya Syanum sembari menatap kedua orang tuanya di layar ponsel.
"Ayah jawab ya, Nak. Menurut pandangan Ayah malahan kalian mudah dalam mendiskusikan suatu hal karena kalian sama-sama seorang dokter jadi kalian memiliki satu pandangan yang sama."
"Sebuah pekerjaan tidak akan jadi masalah kalau keduanya sama-sama mengerti apalagi kalian juga pekerjaannya dokter, Ayah yakin kalian tahu bagaimana harus menyikapinya," jawab Sang Ayah membuat Syanum mengangguk mengerti.
"Yang terpenting saling percaya dan mengerti, Nak. Tidak perlu saling menuntut karena hal itu justru menciptakan keegoisan. Kalau sudah menikah kalian bisa kok memiliki waktu buat keluarga di hari weekend misalnya atau kalian atur jadwal kalian nah nanti tinggal menyesuaikan," timpal Bundanya membuat Syanum tersenyum.
"Begitu ya, Yah, Bun. In Syaa Allah Syanum paham sekarang, kalau dipikir bener juga kata Ayah soalnya aku sama Kahfi sama-sama dokter jadi malahan mudah buat ngobrol dan bener juga kata Bunda kita bisa menyesuaikan jadwal kita supaya enggak ada yang egois," kata Syanum membuat kedua orang tua itu mengangguk dan tersenyum.
"Iya, Nak, kaya Ayah sama Bunda. Bunda tahu jadwal setiap harinya Ayah itu seperti apa dan Bunda pasti mengerti bagaimana risiko hati ketika suatu waktu Ayah harus segera ke rumah sakit untuk menangani pasien. Jadi kita harus saling mengerti dan percaya itu kuncinya," lanjut Sang Bunda meyakinkan Syanum.
"Jadi gimana Kahfi masa digantung terus tanpa kepastian?" tanya Ayah bermaksud menggoda.
"In Syaa Allah, Yah, Syanum kasih jawabannya segera," balas Syanum membuat laki-laki itu mengacungkan jempolnya.
"Iya bener kata Ayah, tetapi kalau kamu masih butuh waktu buat kasih jawaban juga enggak apa-apa yang terpenting kalau kamu sudah siap kasih jawaban segera kabarkan ya, Nak," imbuh Sang Bunda membuat Syanum mengangguk patuh.
"Iya udah kalau gitu, Yah, Bun, kayaknya belum ada yang Syanum tanyakan lagi. Makasih Ayah, Bunda, hehe. Kalau gitu Syanum tutup ya assalamualaikum," ucap Syanum mengakhiri video call mereka.
"Iya sama-sama. Waalaikumsalam," balas kedua orang tua itu kompak.
Sekitar pukul delapan kurang Syanum memilih untuk membuka laptopnya, mencoba mengerjakan tugasnya di stase ini dan bagaimana pun Syanum harus bisa menyelesaikannya.
Baru saja Syanum akan mengetik sesuatu untuk laporannya tiba-tiba ada suara ketukan pintu dari arah depan. Berhubung malam ini banyak yang tidak pulang dan mungkin lembur membuat Syanum langsung menuju ke arah pintu depan.
"Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam," balas Syanum sembari membuka pintu.
"Nisa?" tanya Syanum terkejut membuat wanita itu langsung memeluk Syanum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Allah Tak Merestui Temu Itu (END)
Storie d'amore[SUDAH ENDING] ~ [CHAPTER MASIH LENGKAP] "Karena hidup itu seperti secarik kertas putih, hanya dirinya sendiri yang mau memberikan warna atau justru menggoreskan titik hitam pada setiap kesempatan hidup yang Allah SWT berikan." Hidup itu selayaknya...